KACAU! Stok Obat di RSUD HD Manna Kosong, Pasien Tidak Dilayani, Alasan Manajemen Aneh
Stok obat di RSUD HD Manna kembali kosong-Sumber Foto: ROHIDI/RKa-
BENGKULU SELATAN (BS) - Pelayanan di rumah sakit daerah terbesar di Kabupaten BS semakin kacau. Sebab, stok obat di RSUD HD Manna kembali kosong.
Lebih memperhatikan lagi, dampak keberadaan stok obat kosong, para pasien justru tidak dilayani. Sementara, alasan Manajemen RSUD HD terkesan aneh.
Berdasarkan informasi yang berhasil di peroleh wartawan Radar Kaur (RKa), hal tersebut dialami langsung olah seorang warga Desa Selali Kecamatan Pino Raya, Herian Johari.
Saat itu, Herian mengantarkan kerabatnya berobat karena terluka kena mesin pemotong rumput, Sabtu 11 Januari 2025 lalu. Namun, saat itu tidak diberi tindakan oleh petugas IGD RSUD HD Manna.
Lebih mengesalkan lagi, sambung Herian, pihak rumah sakit tidak mau memberikan pelayanan hanya gara-gara alasan stok obat jenis tetanus kosong.
"Ya, waktu itu saya sedang membawa pasien darurat karena terluka cukup parah kena mesin rumput. Tapi saat di ruangan IGD, pelayanannya sangat tidak memuaskan. Alasan pihak rumah sakit stok obat tetanus sedang habis karena awal tahun," sampainya.
BACA JUGA:Geram Soal Pelayanan RSUD HD Manna, Dewan Sarankan Manajemen Segera Lakukan Hal Ini
Menurut Herian, alasan stok obat kosong sangat tidak masuk akal. Apalagi RSUD HD Manna merupakan rumah sakit rujukan di Provinsi Bengkulu, dan terbesar di 3 kabupaten yakni, Kaur, Seluma dan BS.
Ia menilai, Manajemen RSUD HD Manna sedang tidak sehat. Sehingga pelayanan untuk masyarakat menjadi kacau dan terkesan diabaikan.
"Seharusnya stok obat untuk kondisi darurat seperti tidak boleh kosong. Kalau kondisinya seperti itu, berarti memang ada yang tidak beres di Manajemen RSUD HD Manna ini," kesalnya.
Kekosongan stok obat di RSUD HD Manna tentu berdampak dengan pelayanan kesehatan untuk masyarakat. Sebab, pasien yang dirawat harus membeli obat ke apotek luar.
Herian menegaskan, akibat pelayanan yang amburadul seperti ini, ujung-ujungnya masyarakat lagi yang menjadi korban. Beli obat ke luar tentu butuh uang.
"Padahal beberapa masyarakat yang berobat kondisi ekonominya kurang mampu. Mereka yang tadinya hanya mengandalkan BPJS terpaksa harus mengeluarkan uang agar bisa mendapat obat," bebernya.