KTT BRICS ke-16: Tantangan Baru Dolar, Perhatikan Dampak Ekonomi ke AS

Sejumlah negara di dunia yang mengikuti KTT BRICS ke-16.-Sumber foto: koranradarkaur.id-

Jika permintaan terhadap dolar menurun, mekanisme penawaran dan permintaan akan terpengaruh, berpotensi menciptakan kondisi hiperinflasi.

Hiperinflasi ini akan menggerogoti daya beli masyarakat dan memicu gejolak ekonomi.

Ketiga, sektor barang-barang konsumsi dan ritel juga akan merasakan dampaknya.

Jika ekonomi AS terjebak dalam hiperinflasi, harga barang dan kebutuhan sehari-hari akan meroket.

Ini akan berimplikasi langsung pada kualitas hidup masyarakat, dengan meningkatnya biaya hidup dan berkurangnya kemampuan daya beli.

BACA JUGA:Rusia Dorong Pembentukan Platform Pembayaran Alternatif di KTT BRICS

BACA JUGA:Daftar 3 Negara

Pemutusan hubungan kerja bisa meningkat, seiring dengan perusahaan yang berjuang menghadapi lonjakan biaya operasional.

Masyarakat Amerika, yang bergantung pada daya beli dolar, mungkin akan terpaksa menyesuaikan gaya hidup mereka di tengah inflasi yang melambung.

Perkembangan ini menunjukkan adanya pergeseran keuangan global yang bisa berpindah ke Timur, mengancam hegemoni dolar AS.

Sementara negara-negara BRICS berusaha untuk menciptakan sistem yang lebih seimbang, dampak dari pengurangan ketergantungan pada dolar bisa menjadi bencana bagi ekonomi AS yang selama ini menikmati keuntungan dari status mata uang cadangan dunia.

Dengan perkembangan ini, sudah saatnya bagi para pemangku kepentingan di Amerika untuk memperhatikan ancaman yang muncul dari upaya BRICS dalam menciptakan mata uang baru.

Jika langkah ini berhasil, dampak negatif bagi ekonomi Amerika bisa sangat luas dan mendalam, mengubah cara Amerika berinteraksi dengan dunia.

Dalam konteks ini, pemantauan terhadap dinamika global dan respons strategis menjadi sangat penting untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik. ***

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan