Kenaikan Kredit Menganggur, Tunjukkan Kewaspadaan Pelaku Usaha di Tengah Deflasi
Gambaran kenaikan kredit menganggur. -Sumber foto: koranradarkaur.id-
Kredit menganggur ini sebagian besar berasal dari sektor investasi dan proyek infrastruktur, seperti konstruksi, manufaktur, dan properti.
Sektor-sektor ini biasanya mengajukan kredit dalam jumlah besar, tetapi realisasinya dapat tertunda karena berbagai faktor seperti perizinan yang belum rampung atau hambatan dalam proyek.
BACA JUGA:Isu SARA Berpotensi Timbulkan Konflik Pilkada 2024, Ini Langkah KPU dan Bawaslu
Sejumlah bank besar, seperti PT Bank Mandiri Tbk dan PT Bank Central Asia Tbk (BCA), juga melaporkan pertumbuhan kredit yang signifikan, namun tetap memiliki jumlah kredit menganggur yang cukup tinggi.
Bank Mandiri mencatatkan total undisbursed loan sebesar Rp 236,28 triliun, naik 15,04% yoy, sedangkan BCA mencatatkan Rp 405,04 triliun, naik 11,19% yoy.
Kenaikan ini disebabkan oleh meningkatnya pembiayaan di berbagai segmen, termasuk UMKM dan korporasi.
Meskipun demikian, Bank Danamon dan Bank CIMB Niaga juga mengalami peningkatan undisbursed loan, menunjukkan bahwa tantangan dalam penggunaan kredit tetap ada.
BACA JUGA:Miliki Banyak Cerita Rakyat, Ini 4 Daya Tarik Desa Wisata Simpang Rumbio
Di sisi Bank Daerah, meskipun pertumbuhan kredit terlihat positif, Edi Masrianto dari Bank Jatim mencatat adanya peningkatan undisbursed loan yang mencerminkan pengaruh deflasi.
Ia optimis bahwa kebijakan penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia akan mendukung pertumbuhan kredit di masa mendatang, terutama untuk sektor-sektor yang terkait dengan biaya modal seperti UMKM.
Dengan situasi ini, proyeksi untuk undisbursed loan hingga akhir 2024 tetap tinggi jika ketidakpastian ekonomi terus berlanjut.
Namun, perbaikan dalam daya beli dan stabilisasi inflasi dapat membantu merealisasikan sebagian dari kredit yang menganggur, terutama di sektor-sektor yang menunggu sinyal pemulihan ekonomi.