Halim diberi gelar pahlawan nasional atas upayanya untuk membantu Indonesia. Namanya kini diabadikan menjadi nama Bandar udara Halim Perdanakusuma dan kapal perang KRI Abdul Halim Perdanakusuma.
2. Pierre Andreas Tendean (26 Tahun)
Pierre Andreas Tendean merupakan seorang perwira militer Indonesia yang lahir pada 21 Februari 1939. Pierre memulai karir militernya sebagai intelijen dan ajudan Jenderal Besar TNI Abdul Haris Nasution dengan pangkat letnan satu.
BACA JUGA:Jangan Sampai Salah, Berikut Ini Link Resmi Pendaftaran PPPK dan CPNS 2024, Lengkap dengan Jadwalnya
Pada tahun 1965, Tendean, yang berusia 26 tahun menjadi salah satu korban Gerakan 30 September. Dia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata bersama enam perwira lainnya yang menjadi korban Gerakan 30 September. Tendean dinobatkan sebagai Pahlawan Revolusi Indonesia pada 5 Oktober 1965.
3. RA Kartini (25 Tahun)
Kartini merupakan sosok yang dikenal sebagai pejuang emansipasi perempuan. Dia sosok yang aktif dalam memperjuangkan kesetaraan hak perempuan.
Wanita Indonesia dapat mengenyam dunia pendidikan berkat perjuangannya. Dia ingin setiap perempuan Jawa menjadi orang yang cerdas dan maju.
Semua pemikiran Kartini tertuang dalam bukunya yang berjudul "Habis Gelap, Terbitlah Terang". Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879 di Jepara. Kartini diberitakan meninggal pada usia 25 tahun.
BACA JUGA:Rela Jual Barang Demi Olahraga Kesukaannya, Inilah Kisah Kecintaan Sutan Sjahrir
Hingga saat ini, 21 April diperingati setiap tahun sebagai Hari Kartini. Hal ini didasarkan pada Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 1964 yang dinobatkan RA Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional pada 2 Mei 1964.
4. Martha Christina Tiahahu (17 Tahun)
Martha Christina Tiahahu adalah wanita pejuang yang lahir pada 4 Januari 1800 di Nusa Laut, Maluku.
Dia adalah anak dari Kapitan Paulus Tiahahu yang membantu Thomas Matulessy dalam perang Pattimura melawan Belanda pada tahun 1817.
BACA JUGA:Ada yang Dibantai Narapidana, Inilah Deretan Suku yang Telah Punah
Martha berani melawan penjajah Belanda bersama ayahnya. Namun, pada usia 17 tahun, Martha menghembuskan napas terakhirnya pada 2 Januari 1818. Jasadnya dibuang ke Laut Banda.