KORANRADARKAUR.ID – Pada tahap pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS), PT Hutama Karya berkomitmen untuk menerapkan prinsip infrastruktur berkelanjutan.
Selama tahap perencanaan pembangunan jalan tol, Hutama Karya secara konsisten melakukan kajian lingkungan yang mendalam, yang mencakup analisis dampak kerusakan ekosistem, biodiversitas dan emisi karbon.
Hutama Karya aktif bekerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan lembaga non-pemerintah (NGO) di daerah yang terkena dampak.
Upaya kerusakan selama proses konstruksi dan pengoperasian jalan tol adalah bagian lain dari penelitian dampak dari lingkungan.
BACA JUGA:Wah Ternyata Ini Loh Makanan Kesukaan Soekarno, Ada yang Sama?
BACA JUGA:6 Kasus Pembebasan Lahan di Tol Padang-Sicincin
Executive Vice President (EVP) Sekretaris Perusahaan Hutama Karya, Adjib Al Hakim menjelaskan dalam perencanaan desain, mitigasi dampak lingkungan telah diterapkan.
Adjib menyatakan, dikutip dari tirasonline.com, jalan tol dengan dampak yang paling minimal merancang koridor satwa untuk mengurangi fragmentasi habitat dan melengkapi utilitas penunjang.
Dia melanjutkan, saat ini juga berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk rehabilitasi kawasan hutan.
Hutama Karya juga memastikan pemenuhan kewajiban pelepasan kawasan hutan sesuai dengan aturan yang berlaku, termasuk rehabilitasi kawasan hutan melalui provisi sumber daya hutan (PSDH) dan dana reboisasi (DR).
Tahap II pembangunan JTTS, yang akan menghubungkan Jambi dan Riau, akan melibatkan pembangunan infrastruktur berkelanjutan.
Dalam upaya menjadikan jalan tol yang sudah beroperasi berkelanjutan, Hutama Karya telah menanam lebih dari 160 ribu pohon di berbagai ruas tol.
BACA JUGA:Apakah Indonesia Termasuk? Inilah Suku di Dunia yang Terancam Punah
Jenis pohon yang ditanam meliputi trembesi, mangga, ketapang dan lainnya, guna meningkatkan estetika dan keberlanjutan jalan tol.