Tidak Hanya Fatmawati, Inilah Sederet Pahlawan Indonesia Asal Bengkulu

Senin 05 Aug 2024 - 08:05 WIB
Reporter : Riska Ayu K
Editor : Dedi Julizar

Pada tahun 1974, pemerintah Indonesia menobatkan Rivai sebagai Perintis Pers Indonesia.

5. Prof. Dr. H Abdullah Siddik, SH

Prof. Dr. H Abdullah Siddik, SH, lahir di Kota Curup, Kabupaten Rejang Lebong. Dia adalah anak dari H Muhammad Saleh dan Mastifa.

Prof. Dr. Abdullah Siddik, SH melanjutkan pendidikannya di Rechtshogeschool Rechtshogeschool di Batavia (Jakarta) ketika dia masih remaja.

Prof. Dr. H. Abdullah Siddik, SH ini merupakan kakek kadung dari salah satu publik figur Indonesia yaitu Ashanty. Prof. Dr. H. Abdullah Siddik, SH aktif dalam berbagai kelompok pemuda saat menjadi mahasiswa.

Pada tahun 1934, dia dan almarhum Haji Agus Salim diangkat sebagai salah satu Ketua Komite di Kongres Jong Islamieten Bond (JIB). 

Sepanjang hidupnya, Prof. Dr. H. Abdullah Siddik, SH sering mendampingi Ir. Soekarno, dari masa pengasingan Soekarno di Bengkulu pada tahun 1938 hingga 1942, hingga Soekarno dilantik sebagai presiden pertama Republik Indonesia.

BACA JUGA:Apa Ia Ada Orang Memiliki Khodam Pendamping Malaikat? Ini Cirinya

BACA JUGA:Parfum Unke Naru Cocok Teman Jalan ke Pantai

6. Prof. Dr. Hazairin

Prof. Dr. Hazairin adalah Menteri Dalam Negeri dalam Kabinet Ali Sastroamidjojo I. Dia lahir di Bukittinggi Sumatera Barat pada tanggal 28 November 1906 dari pasangan Zakaria Bahri dari Bengkulu dan Aminah dari Minangkabau. 

Hazairin dibesarkan dalam keluarga yang religius. Ayah dan kakeknya yang bernama Ahmad Bakar merupakan seorang guru. Hazairin belajar ilmu agama dan bahasa Arab dari kedua orang tersebut. 

Hazairin kecil mulai sekolah di Bengkulu di Hollands Inlandsche School (HIS), yang tamat tahun 1920.

Kemudian ia pergi ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di Padang dan tamat pada tahun 1924. 

Prof. Dr. Hazairin termasuk Residen Bengkulu yang ikut bergerilya bersama keluarganya dan merupakan salah satu pemimpin pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) saat melawan Agresi Militer II oleh Belanda pada tahun 1948.

7. Abdur Rahim Damrah

Kategori :