KORANRADARKAUR.ID - Industri pesawat terbang di Indonesia disebut sejumlah ahli jalan di tempat.
Salah satu yang berpendapat mandeknya industri pesawat di Indonesia, yakni Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB) Didin S Damansuri.
Menurutnya, jalan di tempatnya industri pesawat terbang di Indonesia merupakan dampak krisis moneter (Krismon) tahun 1997-1998 silam.
Dalam sebuah kesempatan beberapa hari lalu dia menyebut, saat krisis moneter terjadi, Dana Moneter Internasional atau IMF menjadi pihak paling membantu negara dalam hal pemulihan perekonomian Indonesia.
Namun, saat itu Indonesia tidak memiliki kedaulatan yang cukup atas penggunaan dana dari IMF.
"Kenapa industri pesawat terbang tidak berlanjut di Indonesia karena pada masa krisis moneter Indonesia tidak memiliki perekonomian yang baik.
BACA JUGA:Selain Juara, Indonesia Raih Pemain dan Penjaga Gawang Terbaik, Piala AFF U-19 2024
BACA JUGA:Usulan Pojok Baca ke DPR RI di Pantai Laguna Gagal
Walaupun dapat bantuan dari IMF, Indonesia tidak memiliki kuasa penuh dalam penggunaan dana tersebut, kondisi sedang sulit untuk memenuhi sandang ataupun pangan. Sehingga industri pesawat terbang terhiraukan," kata Didin mengutip tempo.co, Selasa 30 Juli 2024.
Pernyataan Didin ini disampaikan kala menyampaikan penjelasannya dalam acara bedah buku bertajuk "Pengaruh Asing Dalam Kebijakan Nasional, Studi Kasus Pengembangan Industri Pesawat Terbang".
Kegiatan ini dilangsungkan di Universitas Nasional yang digelar oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Hubungan Internasional.
Buku yang dibedah tersebut adalah karya Irma Indrayani sebagai hasil disertasi S-3 pada saat menempuh kuliah di Universitas Nasional.
Lebih jauh, Didin menjelaskan, bahwa sejak era reformasi hingga saat ini, industri pesawat terbang di Indonesia juga tidak terlihat berkembang.
Pasalnya, sejak BJ Habibie diangkat menjadi Presiden usai Soeharto lengser, menurut Didin, pakar keilmuan pesawat terbang secara tak langsung menjadi hilang.
Hal ini seiring dengan peralihan fokus BJ Habibie dari mengembangkan teknologi ke kebijakan lain, yakni untuk memakmurkan rakyat kembali pascakrisis moneter.