NASAL - Pengolahan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) gula aren khas Kabupaten Kaur, yang dikembangkan oleh Pitoyo, warga Desa Trijaya Kecamatan Nasal berhenti sementara (macet), Senin 29 Juli 2024.
Lantaran cuaca panas yang menghantam Kabupaten Kaur beberapa minggu belakangan ini, menyebabkan produktivitas nira menurun.
Sehingga tidak ada bahan untuk pengolahan gula aren. Gula aren original khas Kaur ini dijual dengan harga Rp 15 ribu sampai Rp 20 ribu per lingkaran berat 500 gram.
Pengusaha Gula Aren Pitoyo warga Desa Trijaya Kecamatan Nasal mengatakan, untuk sementara ini produksi gula aren diberhentikan sementara, karena nira yang dihasil dari batang aren belum maksimal.
BACA JUGA:WOW! Bukan Hanya Emas, Pulau - Pulau Kecil Ini Kaya Bahan Tambang, Nomor 1 Terbesar di Dunia
BACA JUGA:Pernah Naik Citilink! Jangan Lewatkan Citilink Smilink Berhadiah Mobil hingga Umroh Gratis
Normalnya dalam 3 hari mereka bisa memproduksi gula aren sebanyak 5 Kilogram (Kg).
Kini dengan kondisi cuaca seperti ini produksi gula paling banyak 3 Kg bahkan pernah hanya 2 Kg.
Jika dipaksakan untuk tetap produksi, khawatir nira yang dihasil batang aren tidak berkualitas.
"Kalau kami paksakan tetap produksi takutnya nira yang dihasilkan tidak berkualitas. Maka dampaknya konsumen tidak mau lagi beli produk kami.
Dari pada kami hilang konsumen karena kualitas buruk. Lebih baik kami berhenti produksi karena kekurangan bahan baku," ujarnya.
Diceritakan Pitoyo, awal mula ide untuk mengembangkan gula aren khas Kabupaten Kaur ini, ketika mengikuti Bimbingan Teknis (Bimtek) kewirausahaan 2019.
Saat itu dia termotivasi dari produk brown sugar yang laris manis. Bahkan menjadi produk unggulan di beberapa restoran.
Akhirnya bermodalkan uang Rp 2 juta dia memulai mengembangkan aren khas Kaur hingga sekarang.
BACA JUGA:Jalan Tol Balmera, Tol Pertama yang Dibangun di Sumatera Utara, Provinsi Terbanyak Tol di Sumatera