“Apakah engkau sudah selesai bicara wahai Abul Walid?” tanya Rasulullah, sebagaimana dikutip dari buku Sirah Nabawiyah (Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, 2012).
Beliau sengaja memanggil Utbah dengan Abul Walid karena itu adalah sapaan penghormatan. Utbah mengangguk dan menjawab “Iya, sudah selesai.”
Rasulullah kemudian meminta Utbah mendengarkan perkataannya. Lalu Rasulullah membacakan QS. Fushshilat ayat 1-14. Merujuk buku Membaca Sirah Nabi Muhammad dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadits-hadits Shahih (M Quraish Shihab, 2018), Rasulullah membaca QS Fushshilat hingga ayat ke-38 ketika Utbah memintanya untuk menghentikan bacaannya, lalu kemudian Rasulullah sujud kepada Allah.
Melalui ayat-ayat itu, Rasulullah hendak menegaskan bahwa dirinya adalah seorang nabi dan Rasul Allah bertugas untuk menyampaikan kabar gembira dan memberikan peringatan kepada seluruh umat manusia.
Mereka akan selamat jika mengikuti Rasulullah. Sebaliknya, mereka akan celaka jika menentangnya.
“Apakah engkau telah dengar, wahai Abul Walid?”
“Iya, sudah,” kata Utbah.
“Jika demikian, silahkan engkau bebas memilih,” kata Rasulullah.
Setelah itu, Utbah bin Rabi’ah langsung menemui pemuka kaum musyrik Makkah. Di hadapan para pembesar musyrik Makkah, Utbah mengaku takjub dengan kata-kata yang disampaikan Rasulullah.
Ia tahu jika itu bukan syair, bukan sihir, dan bukan perdukunan. Ia kemudian meminta para elit musyrik Makkah meninggalkan Rasulullah, tidak mengganggunya lagi.
“Demi Allah, engkau telah disihir dengan kalimat-kalimatnya,” kata para pemuka musyrik Makkah itu kepada Utbah.
“Itu lah pendapatku, maka lakukan lah apa yang kalian hendak lakukan,” jawab Utbah.
Itulah sepenggal kisah tentang sahabat Rasulullah SAW bernama Utbah bin Rabi’ah. Semoga kisah ini menginspirasi pembaca setia Radar Kaur. Wassalam. (*/yie)