BENGKULU - Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bengkulu menggelar rapat koordinasi (Rakor) bersama distributor cabai, bawang Merah, daging ayam broiler dan telur ayam Ras.
Ini sebagai upaya menekan angka inflasi yang dipicu empat komoditi tersebut. Kegiatan dilakukan di Ruang Pola Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bengkulu, Jumat 19 Juli 2024.
Kepala Biro Perekonomian Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi Bengkulu, Hafni Khaidir mengatakan, persoalan inflasi empat komoditi ini cukup kompleks.
Ini lantaran berkaitan dengan ketersediaan pasokan barang dari luar daerah. Khususnya di wilayah Kabupaten Mukomuko, yang sebagian besar pasokan berasal dari Padang Sumatera Barat.
“Tingkat inflasi tertinggi di Bengkulu itu terjadi di Mukomuko dengan angka mendekati 43,79 persen. Ini karena dipengaruhi bencana longsor beberapa waktu lalu. Sehingga bencana alam ini membuat pasokan barang dari Padang terhambat. Karena jalur distribusi terganggu, barang tidak tersedia, otomatis harga meningkat,” jelas Hafni.
Untuk mengantisipasi tingginya angka inflasi, khususnya di wilayah yang mengalami kenaikan harga cukup signifikan.
BACA JUGA:Bawaslu Kaur Waspadai Pemilih Ganda dan Meninggal Dunia, 45 Panwascam Penguatan Kapasitas Pengawasan
BACA JUGA:Perbandingan Harga Tiket Pesawat Bengkulu-Batam dan Transit, Intip Berapa Selisihnya
Pada rakor ini TPID Provinsi Bengkulu meminta distributor tidak menahan barang. Serta mendatangkan barang-barang tersebut dalam jumlah yang besar sehingga mencukupi kebutuhan di wilayah masing-masing.
“Ini kan masalah masyarakat Bengkulu. Karenanya kami minta kepedulian dan kerjasama pihak distributor. Terutama saat harga komoditas ini tidak terkendali,” tambah Hafni.
Dia juga mengatakan, sebagai upaya menekan inflasi di Bengkulu. TPID Provinsi Bengkulu juga meminta bantuan dari Badan Logistik (Bulog) agar memenambah pasokan komoditas tertentu. Lewat hal tersebut diharapkan harga komoditi pangan di Bengkulu jauh lebih stabil.
"Selain ke distributor. Kami juga melakukan koordinasi dengan Bulog. Dengan begitu harapannya inflasi di Bengkulu bisa ditekan," tambahnya.
Disamping itu, pihaknya juga meminta dilakukan peningkatan produksi lokal untuk komoditas yang sumber dayanya memadai di daerah.
Seperti ayam potong, telur ayam ras dan cabai. Sementara untuk bawang, diakui Hafni, sulit untuk dilakukan produksi di daerah lantaran komuditas ini sulit dikembangkan di Bengkulu.
"Selain bawang itu bisa dikembangkan di daerah. Sedangkan untuk bawang memang sulit dikembangkan di Bengkulu. Selama ini suplai bawang berasal dari Jawa ataupun Padang," tandasnya. *