Joni mengatakan, terjadinya peningkatan kasus DBD di Kota Bengkulu disebabkan karena jumlah penduduk yang bertambah atau lingkungan masyarakat yang kurang bersih.
Joni menyebutkan, pihaknya juga akan melakukan fogging atau pengasapan jika ditemukan pasien yang positif terkena DBD dengan disertai hasil laboratorium.
Namun, pihaknya akan minimalisir penggunaan pengasapan untuk membasmi jentik nyamuk sebab cairan yang digunakan terdapat zat-zat yang berbahaya untuk masyarakat dan lingkungan.
Sebab alat untuk melakukan pengasapan menggunakan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar yang menyebabkan tanaman mati dan menimbulkan iritasi bagi manusia jika terkena kulit.
Oleh karena itu, untuk menggunakan alat fogging di suatu wilayah harus ditemukan dua atau lebih kasus masyarakat yang terinfeksi penyakit DBD.
Sebelumnya, sejak Januari hingga Desember 2023 kasus DBD di Kota Bengkulu yang telah terkonfirmasi sebanyak 48 kasus.