Ternyata Ini Nama Baghi Kelurahan Simpang Tiga, Simak Kisah Aslinya

Rabu 21 Feb 2024 - 20:20 WIB
Reporter : Hery Kurniawan
Editor : Dedi Julizar

RADAR KAUR - Simpang Tiga salah satu dari tiga wilayah berstatus kelurahan Kecamatan Kaur Utara di Kabupaten Kaur.

Seperti halnya desa lain di wilayah eks-Kaur Utara atau Padang Guci. Kelurahan Simpang Tiga di Kecamatan Kaur Utara Kabupaten Kaur memiliki histori tersendiri tentang awal terbentuknya.

Melansir laman jhoniansyahp.wordpress.com, Rabu 21 Februari 2024. Narasumber kisah, Muchsin yang merupakan tokoh masyarakat (Tomas) setempat bercerita tentang kisah terbentuknya Kelurahan Simpang Tiga.

BACA JUGA:Atasi Kemiskinan, 2 Pihak di Desa Ini Harus Aktif

Diceritakannya, orang yang pertama datang dan menetap di daerah Simpang Tiga bernama Puyang Rangge. Ia berasal dari daerah Pulau Panggung di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).

Alasan kedatangannya, untuk mencari lahan perkebunan yang baru. Ini karena lahan di daerahnya terlalu sempit untuk berkebun.

Dalam perjalanan, ia menemukan suatu daerah yang kini bernama Kelurahan Simpang Tiga. Pilihannya jatuh pad tempat ini, karena daerahnya datar dan bagus untuk menetap dan berkebun bersama keluarganya.

Setelah penduduk setempat kian ramai seiring berjalannya waktu. Mereka sepakat menama daerah itu Dusun Nede Agung. 

BACA JUGA:Terapkan P5, Perhatikan yang Dilakukan MTsN 1 Kaur

Nama baghi (lawas, red) dari Kelurahan Simpang Tiga ini memiliki arti, nede yang berarti permintaan dan agung yang berarti besar. Jadi doa yang tersirat dari Nede Agung berarti permohonan agar di kemudian hari dusun ini menjadi maju atau besar. 

Jalan yang ada di desa telah ada sebelum berdirinya Dusun Nede Agung. Kala itu, pemerintahan Belanda masih berpusat di daerah Simpang Tiga yang dipimpin Under Afdiling (Tuan Kontrolir, red) yang bernama JB Iken. 

Tahun 1925, Dusun Nede Agung menyatu dengan daerah Simpang Tiga. Setelah bermufakat diputuskan nama desanya, Desa Simpang Tiga.

BACA JUGA:Wujudkan Desa Terang, Begini Langkah Pemdes Tanjung Besar

Penduduk asli ditempat ini kebanyakan berasal dari Pulau Panggung, Kinal dan Tanjung Raye. Seiring berjalannya waktu datanglah penduduk yang berasal dari daerah lain, misalnya dari Padang, Jawa dan lain-lain.

Pekan atau pasar tradisional dahulunya telah ada  sejak zaman Belanda. Letaknya di dekat tugu. Pusat perbelanjaan ini jadi tempat transaksi jual beli semua kebutuhan penduduk. 

Kategori :