Perubahan ini membuat motor lebih responsif, dengan tenaga yang meningkat menjadi 13,5 dk dan torsi 13,2 Nm. Bobotnya juga lebih ringan, hanya 100 kg.
BACA JUGA:Honda Makin Pede, Luncurkan Motor Trail Mesin 160 Cc
Setelah Satria RU 120 R, Suzuki memperkenalkan Satria 120 R facelift (2000-2003), yang dikenal juga dengan nama Satria Lumba.
Versi facelift ini mendapatkan berbagai pembaruan, mulai dari desain pelek palang 6 yang lebih modern hingga cakram belakang dengan kaliper 2 piston untuk sistem pengereman yang lebih baik.
Pada 2003 hingga 2005, Suzuki merilis varian terakhir dari keluarga Satria 120, yakni Satria RU 120 LSCM, yang lebih dikenal dengan nama Satria Hiu.
Motor ini datang dengan berbagai pembaruan besar, mulai dari desain yang lebih membulat dan modern, hingga peningkatan tenaga menjadi 15 dk.
Fitur baru seperti takometer juga ditambahkan untuk membantu pengendara memantau putaran mesin.
BACA JUGA:Motor Trail CRF Bekas Cuma Rp 20 Juta, Berikut Harga Lengkap Sesuai Tahun Pengeluarannya
Kendala dan Tantangan Motor 2-Tak di Indonesia
Namun, Satria 120 juga menghadapi beberapa masalah teknis. Andi Panser, seorang mekanik dari bengkel Blue Tech di Kendal, Jawa Tengah, yang sering merestorasi motor Satria 2-tak, menjelaskan bahwa kekurangan utama pada motor ini terletak pada sistem oil pump dan kipas pendingin.
Karena penggunaan sistem pendingin yang hanya mengandalkan kipas, seringkali kipas rusak akibat kruk as yang melintir atau baut yang longgar.
Selain itu, motor 2-tak juga sering mengalami masalah pada oil pump, terutama jika motor tidak digunakan dalam waktu lama.
Regulasi emisi yang semakin ketat pada awal 2000-an menjadi alasan utama dihentikannya produksi motor 2-tak, termasuk Satria 120, di Indonesia.
BACA JUGA:Sejarah Motor Dua Tak di Indonesia : Dari Kejayaan hingga Penurunan Popularitas
Meskipun demikian, Satria 120 tetap memiliki penggemar setia, dan banyak dari mereka yang mengoleksi dan merestorasi motor ini untuk menjaga kenangan dan prestise motor legendaris ini.
Kesimpulan