BENGKULU - Penyakit sapi ngorok yang menyerang di 5 kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu, beberapa bulan terakhir.
Telah menyebabkan kerugian bagi petani ternak, ratusan ekor ternak jenis sapi ataupun karbau yang mati.
Juga terjadi sapi atau kerbau harus dijual dengan harga di bawah pasaran.
Sayangnya, penanganan penyakit ngorok masih belum bisa dilakukan maksimal.
BACA JUGA:900 Dosis Vaksin Ternak Ngorok Telah Disalurkan, Ini Jumlah Ternak Mati
BACA JUGA:Penyakit Sapi Ngorok Ancam 8.505 Ternak! Ternyata dari Sini Asal Penyakitnya
Ini karena masih sering terjadinya kekurangan vaksin yang dimiliki Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnak Keswan) Provinsi Bengkulu.
Hingga saat ditaksir kerugian akibat penyakit ngorok mencapai Rp 25 Milliar (M).
Kepala Disnak Keswan Provinsi Bengkulu drh. M Syarkawi, MP mengatakan, kerugian hingga puluhan milliar rupiah sebagai dampak penyakit sapi ngorok ini didapatkan dari estimasi harga kerbau dan sapi dijual di bawah harga pasaran.
Biasanya berkisar Rp 25 juta dikalikan dengan 950 ekor ternak sapi dan kerbau yang terdampak.
Naik itu dalam kondisi mati/dimusnahkan, ataupun dijual dengan harga di bawah rata-rata.
"Perumpamaan kalau satu ekor kerbau atau sapi berharga Rp 25-30 juta, saat kena penyakit jauh turun harganya. Data jumlah ternak yang terdampak yang terdata di i-SIKHNAS di atas 900 ekor ternak yang terdampak. Jadi dapat dihitung sendiri kerugiannya, itu perumpamaan," kata M Syarkawi, Minggu 10 November 2024.
Berbeda dengan saat Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), kata Syarkawi, peternak yang mengalami kerugian lantaran penyakit sapi ngorok ini tidak akan mendapatkan ganti rugi atau kompensasi dari pemerintah.
Ini lantaran perbedaan skala sebaran dari kedua penyakit yang menyerang sapi dan kerbau.
"Kalau PMK dulu di tahun 2022 ada kompensasi, karena itu sudah menyebar tingkat nasional. Namun inikan wabah lokal, jangankan kompensasi, untuk obat-obatan saja masih sangat kurang dan membuat penanganan belum maksimal. Jadi tidak ada kompensasi," terang Syarkawi.