Hanya saja implementasinya akan memerlukan waktu dan usaha yang tidak sedikit.
Menurutnya, setelah perluasan keanggotaan BRICS yang signifikan tahun lalu, mencapai konsensus di antara negara-negara anggota menjadi lebih sulit.
Hal ini bisa menjadi tantangan tersendiri bagi Rusia dalam mewujudkan proposal tersebut.
BACA JUGA:Rigangan 3 Musdes 2025, Jangan Ada Penyimpangan DD
Dalam beberapa tahun terakhir, ketegangan antara Rusia dan negara-negara barat semakin meningkat. Terutama setelah invasi Rusia ke Ukraina pada 2022.
Sanksi yang diterapkan oleh AS dan sekutunya telah memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian Rusi.
Karenanya mereka mendorong negara tersebut untuk mencari alternatif dalam sistem keuangan global yang saat ini dikuasai oleh dolar AS.
Rusia berusaha meyakinkan anggota BRICS bahwa langkah ini bukan hanya untuk kepentingan Moskow.
Tetapi juga untuk memperkuat posisi negara-negara anggota dalam menghadapi tekanan dari negara-negara barat.
BACA JUGA:Mall Pelayanan Publik di Bengkulu Selatan Resmi Dibuka, Ini Dampak yang Didapat Masyarakat
Jika berhasil, sistem pembayaran baru ini dapat merombak cara negara-negara BRICS bertransaksi satu sama lain.
Menciptakan jaringan perdagangan yang lebih mandiri dan terintegrasi.
KTT BRICS di Kazan diharapkan menjadi platform untuk membahas langkah-langkah lebih lanjut dalam mencapai tujuan ini.
Selain pembicaraan mengenai sistem pembayaran, isu-isu lain terkait kerjasama ekonomi, perdagangan, dan geopolitik juga akan menjadi fokus utama dalam pertemuan tersebut.
Dengan latar belakang ketidakpastian ekonomi global dan persaingan antara kekuatan besar. Inisiatif Rusia untuk membangun platform pembayaran alternatif ini menunjukkan bahwa BRICS berusaha untuk memperkuat peran mereka di panggung dunia dan menciptakan sistem yang lebih adil dalam perdagangan internasional.