Rusia Dorong Pembentukan Platform Pembayaran Alternatif di KTT BRICS

Minggu 20 Oct 2024 - 06:47 WIB
Reporter : Rega Jusa
Editor : Dedi Julizar

KORANRADARKAUR.ID - Rusia berupaya untuk membangun platform pembayaran alternatif internasional yang dapat mengatasi sanksi barat di KTT BRICS.

Kegiatan ini yang akan digelar pada 22-24 Oktober 2024 di Kota Kazan.

Bahkan  Presiden Rusia Vladimir Putin meyakinkan negara-negara anggota BRICS platform pembayaran alternatif internasional akan membuat negaranya lebih aman.

Bahkan Presiden Rusia ini berambisi menjadikan BRICS sebagai penyeimbang yang kuat terhadap pengaruh barat dalam politik dan perdagangan global.

Anggota BRICS yang saat ini terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Bahkan telah meluas ke negara-negara lain seperti Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab.

Dalam konteks ini, Rusia ingin menunjukkan bahwa upaya Barat untuk mengisolasi Moskow akibat sanksi telah gagal dan mendorong kerja sama yang lebih erat di antara negara-negara anggota.

BACA JUGA:Pemprov Maluku Studi Banding ke Bengkulu, Simak yang Dipelajari

Dikutip dari SINDOnews.com, proposal terkait sistem pembayaran baru tersebut dikembangkan berdasarkan jaringan bank komersial yang terhubung melalui bank sentral BRICS.

Dokumen ini yang disiapkan oleh Kementerian Keuangan dan Bank Sentral Rusia. Nantinya akan didistribusikan kepada wartawan menjelang KTT.

Sistem ini akan memanfaatkan teknologi blockchain untuk menyimpan dan mentransfer token digital yang didukung oleh mata uang nasional, memungkinkan pertukaran mata uang dengan mudah dan aman, serta mengurangi ketergantungan pada transaksi dolar AS.

Rusia berargumen, sistem ini dapat membantu mengatasi tantangan dalam menyelesaikan pembayaran perdagangan, bahkan dengan negara-negara sekutu seperti China.

Hal ini menjadi semakin relevan karena bank-bank lokal mulai khawatir akan potensi sanksi sekunder dari Amerika Serikat.

BACA JUGA:BPS Bengkulu Gelar Rakorda ST2023, Simak Tujuannya

Penggunaan platform alternatif ini diharapkan bisa memberikan perlindungan bagi transaksi internasional dan mendorong adopsi mata uang lokal di pasar global.

Yaroslav Lissovolik, pendiri think tank BRICS + Analytics menyatakan, meskipun secara teknis ide ini layak untuk dikejar.

Kategori :