KORANRADARKAUR.ID – Dalam sejarah militansi Indonesia, salah satu momen paling emosional dan mengesankan terjadi saat pertemuan antara pasukan elite dan PKI pemberontak dalam konflik berdarah yang melibatkan berbagai kekuatan.
Momen ini tidak hanya menggambarkan ketegangan yang ekstrem dalam medan perang.
Tetapi juga menunjukkan sisi kemanusiaan yang jarang terlihat dalam situasi konflik.
Pada akhir September 1965, saat Gerakan 30 September (G30S) sedang memuncak.
BACA JUGA:Amien Rais Tuduh Jokowi Pecinta PKI : Sudah Ada Tanda
BACA JUGA:Ini Alasan Kenapa Jenderal Ahmad Yani Sasaran Utama PKI
Pasukan elite Angkatan Darat yang dikenal dengan nama "Komando Pasukan Sandi Yudha" atau Kopassandha (sekarang dikenal sebagai Kopassus) menghadapi para pemberontak yang terlibat dalam kudeta tersebut.
Pasukan elite yang dilatih dengan intensif dan dikenal karena keterampilan tempur mereka, diperintahkan untuk menumpas pemberontakan yang dipimpin oleh kelompok G30S/PKI.
Salah satu pertemuan yang paling mengesankan terjadi di sebuah lokasi di daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Di sinilah pertempuran antara pasukan elite dan pemberontak mencapai puncaknya.
Pertemuan ini tidak hanya melibatkan konfrontasi fisik tetapi juga momen-momen emosional yang menunjukkan dilema moral dan kemanusiaan yang seringkali terabaikan dalam laporan perang.
Saat pasukan elite memasuki daerah Lubang Buaya, mereka menemukan diri mereka dalam situasi yang sangat tegang.
Pemberontak, yang sebagian besar terdiri dari anggota PKI dan simpatisan mereka, dalam keadaan terdesak.
Dalam momen-momen pertempuran tersebut, ada sebuah pertemuan yang menegangkan antara pasukan elite dan beberapa pemberontak yang tersisa.
BACA JUGA:Mahfud MD Pasang Badan, Bela Jokowi dari Tuduhan Pecinta PKI