BACA JUGA:Seleksi PPPK Guru 2024 di Bengkulu Selatan Belum Juga Ada Kejelasan, Ini Kata Dikbud
BACA JUGA:Seorang Designer, Ini Profil Lengkap Anak Prabowo Subianto
Soemitro juga berperan aktif dalam menggalang dana demi mewujudkan kemerdekaan Indonesia.
Ia menjadi salah satu tokoh dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) sebelum akhirnya bergabung dengan Partai Sosialis Indonesia.
Soemitro akhirnya didaulat untuk menjadi Menteri Perdagangan dan Industri dalam Kabinet Natsir pada tahun 1950.
Hampir dua tahun menjabat sebagai Menteri Perdagangan, Soemitro diberikan tugas baru untuk menjadi Menteri Keuangan dalam Kabinet Wilopo dan Kabinet Burhanuddin Harahap.
Selama menjabat sebagai Menteri Keuangan, berbagai investor asing mulai berinvestasi di Indonesia dan melakukan kerja sama dengan pihak pemerintah dalam memutar roda perekonomian Indonesia.
Selain berperan sebagai orang pemerintahan dan politikus, Soemitro juga diberikan amanah untuk menjadi Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Soemitro lalu bergabung ke Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera.
Namun sayangnya, PRRI pun ditumpas sehingga menyebabkan Soemitro tidak pulang ke tanah air hingga tahun 1967 demi mengamankan situasi pemberontakan di Indonesia.
Pada 1967 saat Soeharto menjadi presiden, Soemitro diundang untuk kembali ke Indonesia. Ia diangkat menjadi Menteri Perdagangan dan Industri dalam Kabinet Pembangunan I pada tahun 1968.
Berbagai kebijakan perdagangan di Indonesia termasuk peraturan ekspor impor yang diperketat.
Ia pun mendorong ekspor besar-besaran agar mendapatkan bea masuk agar uangnya dapat dikelola oleh pemerintah.
BACA JUGA:Dikabarkan Bakal Rujuk Dengan Prabowo, Ini 5 Fakta Unik Titiek Soharto
BACA JUGA:Cantik dan Berani! Ini Kisah Perjuangan Cut Meutia dari Tahan Rencong
Berbagai kebijakan dagang yang diberlakukan oleh Soemitro dianggap sebagian orang terlalu muluk-muluk.