3 Adat Suku Batak Toba yang Berbau Mistis, Unik Tapi Bikin Merinding

Reporter: Riska Ayu K |

Editor: Dedi Julizar |

Senin , 12 Aug 2024 - 10:11

Adat Suku Batak Toba.-Sumber foto: travel.okezone.com-

3 adat suku batak toba yang berbau mistis, unik tapi bikin merinding                            koranradarkaur.id - di indonesia terdapat suku-suku yang memiliki adat istiadat yang unik dan sarat dengan unsur mistis.
salah satu suku yang terkenal dengan adat suku batak toba yang berbau mistis, walau unik tapi bikin merinding.
adat istiadat ini menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari suku-suku tersebut, mencerminkan hubungan mereka dengan alam, roh nenek moyang dan dunia gaib.
dari upacara keagamaan hingga praktik pengobatan tradisional, unsur mistis seringkali menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari suku ini.
baca juga:sebelum lamar pppk dan cpns 2024, simak 7 pelamar bakal prioritas diangkat langsung
baca juga:jepang kalah, inilah perjuangan sutan sjahrir meyakinkan soekarno-hatta
adat istiadat yang berbau mistis tersebut mencerminkan kekayaan budaya dan spiritualitas yang dimiliki.
dikutip dari travel.okezone.com, berikut adalah 3 adat unik suku batak toba yang berbau mistis:
1. mangongkal holi
masyarakat batak toba menganggap kematian bukanlah akhir dari kehidupan.
ritual adat mangongkal holi adalah salah satu cara untuk mempertahankan hubungan dengan orang yang sudah meninggal dunia. 
manggongkal holi adalah proses menggali tulang-belulang seseorang untuk dimakamkan di tempat lain.
dalam bahasa batak toba, holi berarti tulang atau tulang-belulang disebut juga saring-saring yaitu tulang tengkorak orang yang meninggal.
adat mangongkal holi adalah salah satu tradisi dalam budaya suku batak toba, di mana keluarga melaksanakan adat ini dengan harapan bahwa roh para leluhur akan memberikan pasu-pasu atau berkat, kepada semua keturunannya yang masih hidup dan menghindari segala jenis malapetaka.
setelah melakukan penggalian di makan lama, pihak paman akan membersihkan dan membungkus tulang-belulang tersebut dengan menggunakan ulos.
lalu, tulang-belulang yang sudah bersih dan dibungkus kain ulos kemudian dimasukkan ke dalam peti dan dibawa oleh pihak istri (jika masih ada, jika tidak ada, anak perempuan tertua akan menggantikan) dengan menaruh peti di atas kepala.
maka tidak heran kalau upacara ini membutuhkan biaya yang mahal, pasalnya tradisi ini memotong hewan ternak. belum lagi proses penggalian dan pesta yang memakan waktu berhari-hari 
dalam tradisi batak, mereka menghormati apar leluhur yang telah meninggal dengan menjaga kuburan mereka atau menyimpan tulang-belulang mereka.
2. horja
salah satu cara untuk menghormati dan mengenang para leluhur adalah upacara horja. penyembelihan hewan, tarian, nyanyian dan doa adalah semua bagian dari upacara horja.
sebagian besar, ritual horja dilakukan pada waktu yang telah ditentukan oleh dukun atau tetua adat. 
sebelum acara dimulai, tempat pemujaan atau altar khusus didirikan di lokasi yang telah dipilih.
biasanya, altar-altar ini dihiasi dengan parmalim, seperti patung-patung leluhur atau tugu batu.
penyembelihan hewan kurban, seperti babi atau kerbau adalah salah satu tahapan penting dalam ritual horja.
baca juga:memiliki khodam pendamping, ini ciri orang memiliki ilmu supranatural
baca juga:promo traveloka! beli tiket luar negeri dapat diskon hotel 20%
pemimpin upacara melakukan penyembelihan ini dengan menggunakan alat-alat tradisional. darah hewan kurban memiliki nilai ritualistik yang kuat dan dianggap sebagai tanda pengorbanan.
tujuan dari upacara ini adalah untuk memperkuat hubungan sosial anggota keluarga dan komunitas serta mempertahankan hubungan ritual dengan leluhur.
horja juga dianggap sebagai cara untuk meminta berkah, keselamatan, dan keberuntungan dari leluhur dalam kehidupan sehari-hari.
3. keranda roto
keranda roto adalah kendaraan yang terbuat dari kayu dengan empat roda yang digunakan sebagai kereta jenazah untuk membawa jasad orang meninggal ke pemakaman. 
kereta roto memiliki bentuk rumah adat batak toba dan memiliki jambul depan dan belakang yang khas sebagai tanda pengenal yang membedakan mereka satu sama lain. 
roto itu ditutupi dengan kain ulos berlapis-lapis yang diberikan oleh mereka yang menyayangi almarhum.
setelah upacara adat selesai, peti mati akan dimasukkan ke dalam roto yang diputar tujuh kali dan kemudian digiring tanpa henti ke lokasi pemakaman untuk dimakamkan. 
selanjutnya peti mati tersebut akan dikeluarkan dari roto untuk dimakamkan. keluarga akan mengambil semua ulos yang menutupi roto dan meninggalkannya di tempat pemakaman. 
penggunaan roto hanya boleh dilakukan oleh orang tua yang meninggal dengan status "saur mauli bulung" (orang tua yang keseluruhan anaknya telah menikah hingga memiliki cucu dan cicit) atau "marnini marnono" (orang tua batak). ***

Tag

Share

Koran Edisi Terbaru

Baca Koran Radar Kaur, Senin 12 Agustus 2024

Berita Terkini

Berita Terpopuler

Berita Pilihan