INDEKS KETIMPANGAN GENDER 2023, KABUPATEN BENGKULU SELATAN GAGAL

----

HARI Perempuan Sedunia yang diperingati setiap tanggal 8 Maret, menggaungkan hak kesetaraan gender untuk para perempuan di dunia. Ketimpangan gender yang berdampak terhadap kehidupan keseharian, memperjuangkan hak hidup yang setara dan ideal. 

      Pasalnya, kesetaraan gender juga menjadi bagian dari target pembangunan di banyak negara, terutama yag menjalani ketimpangan pembangunan yang tinggi. Ketimpangan ini dapat mempengaruhi pembangunan yang tidak dapat mencapai potensinya secara optimal. 

      Kondisi ideal yang diharapkan adalah kelompok penduduk laki-laki dan perempuan memiliki akses yang sama dalam pembangunan, memegang kendali atas sumber daya pembangunan, serta menerima manfaat dari pembangunan yang setara dan adil. 

      Untuk mengukur bentuk ketimpangan tersebut, Badan Pusat Statistik BPS merilis data Kajian Perhitungan Indeks Ketimpangan Gender (IKG) 2023. Secara teknis pengukuran IKG merujuk pada Gender Inequality Index (GII) dari United Nations Development Programme (UNDP).

BACA JUGA:Didatangi Ketua Pengadilan Tinggi Bengkulu di Ruang Kerjanya, Bupati Bengkulu Selatan Harapkan Ini

BACA JUGA:Cara Camat Tanjung Kemuning Jaga Kebersamaan, Goro Rutin Bersihkan Halaman

      Di Kabupaten Bengkulu Selatan pada tahun 2023 angka IKG berada di posisi 0,784 poin mengalami kenaikan di banding tahun 2022 yang sebesar 0,738 poin.

Kenaikan  ini menggambarkan kerugian/kegagalan (loss) dari pencapaian pembangunan manusia akibat adanya ketidak setaraan gender yang diukur dari aspek kesehatan, pendidikan, pembedayaan, serta akses dalam pasar tenaga kerja. Adapun perhitugan IKG menggunakan lima indikator penilaian :  

      1. Indikator pertama adalah faktor kesehatan reproduksi wanita, mencakup perbaikan proporsi persalinan tidak di fasilitas kesehatan sebesar 0,017 poin di tahun 2022 naik menjadi 0,064 poin di tahun 2023. 

Hal ini bisa dilihat bahwa kesadaran ibu usia 19-49 tahun yang melahirkan kurun waktu 2 tahun terakhir masih banyak yang melahirkan tidak menggunakan fasilitas kesehatan lebih cenderung melahirkan di rumah bukan dirumah bersalin atau di rumah sakit ataupun di puskesmas. 

Ada kencenderungan ibu-ibu melahirkan masih memanggil tenaga medis seperti bidan kerumah saja. Hal ini banyak dipengaruhi beberapa hal seperti di daerah pedesaan dimana fungsi puskesmas yang tidak beroperasi dimalam hari. 

Hal ini mengakibatkan situasi dimana ketika ada ibu-ibu yang mau melahirkan terpaksa hanya memanggil bidan kerumah saja karena mau melahirkan ke puskesmas kondisinya tutup karena tidak ada pelayanan karena tidak diberlakukan budaya piket petugas medis, Untuk melaahirkan ke RSUD jaraknya jauh, untuk kerumah bersalin aksesnya juga jauh, Terkhusus untuk rumah tangga kondisi menegah kebawah masih dihadapkan dengan permasalahan biaya bersalin yang cukup tinggi terutama apabila tidak memiliki fasilitas jaminan kesehatan. (sumber data susenas 2023) 

2. Ferstilitas remaja, proporsi wanita berusia 15-49 tahun yang saat melahirkan hidup pertama berusia kurang dari 20 tahun. Untuk Kabupaten Bengkulu Selatan sebesar 0,311 poin pada tahun 2022 naik menjadi 0,344 poin pada tahun 2023. 

Hal ini bisa kita lihat bahwa ditahun 2023 masih banyak perkawinan usia dini dibawah umur 20 tahun dimana wanita melahirkan usia dibawah 20 tahun masih ada. (sumber data susenas 2023) 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan