Tradisi Melemang Malam “Nujuh Likur” Masih Eksis Dilakukan di Kaur
Warga Desa Kepahyang Kecamatan Tetap sedang melemang malam untuk nujuh likur bulan Ramadan.(31/3). Foto: BIRO/RKa--
TETAP - Melemang di Desa Tanjung Dalam, Kepahyang, Babat dan Tanjung Kecamatan Tetap Kabupaten Kaur sudah menjadi tradisi setiap tahun ketika bulan Ramadan.
Pembuatan lemang ini dilakukan ketika menyambut malam “nujuh likur” atau malam ke-27 Ramadan. Kegiatan yang sudah ada sejak dulu, masih tetap dilestarikan hingga saat ini.
“Benar, melemang sudah tradisi setiap malam “nujuh likur” di bulan suci Ramadan," kata Kades Kepahyang Syahrial Wahyudi.
Diakuinya, melemang sudah menjadi tradisi budaya yang sudah melekat erat di kehidupan masyarakat. Sehingga melemang ini rutin dilakukan setiap malam tahunnya.
BACA JUGA:MIIT Nurul Haq Kaur Terima dan Salurkan Zakat Fitrah
BACA JUGA:SMPN 25 Kaur Mengadakan Inovasi, Ini Kegiatannya
Melemang sebenarnya tidak ada meyakini sesuatu atau dihubungkan dengan mistik.
Namun sudah jadi kebiasaan tradisi warga. Dengan melemang, desa tampak ramai lantaran melemang waktunya serentak.
"Ketika melemang desa tampak ramai dan kompak. Bahkan banyak warga tetangga ikut berkunjung meramaikan desa dan ikut makan lemang dicampur tapai yang rasanya enak dan manis," ujarnya.
Terpisah, Tabat (54) warga Desa Kepahyang menyampaikan, melemang sudah jadi tradisi di empat desa di Kecamatan Tetap. Rutin digelar setiap malam nujuh likur bulan suci Ramadan.
BACA JUGA:Proyek Holdwell Business Park Pertama di Lampung, Segini Nilai Investasinya
BACA JUGA:78 Siswa Kaur Ikuti Sanubari XVI, Mengejutkan, Materi Bikin Betah Peserta
Melemang ini tidak ada hubungannya dengan kepercayaan yang berbau mistik.
Ini hanya tradisi menyambut hari kemenangan saja.