FAKTA! Baru Selesai Uji Lab, Sungai Selali Kembali Hitam dan Berbau Busuk
ROHIDI/RKa HITAM: Tampak kondisi air Sungai Selali di Desa Nanjungan Kecamatan Pino Raya kembali berwarna hitam pekat, Rabu (15/11).--
BENGKULU SELATAN (BS) - Tampaknya persoalan dugaan pencemaran lingkungan oleh limbah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) milik PT Sinar Bengkulu Selatan (SBS) tidak akan ada habisnya. Pasalnya, baru beberapa pekan lalu sudah selesai dilakukan uji laboratorium (Lab).
Namun, limbah dari perusahaan tersebut diduga kembali mencemari Sungai Selali di Desa Nanjungan Kecamatan Pino Raya. Terkini, kondisi air Sungai Selali kembali bewarna hitam pekat dan beminyak. Bahkan juga disebut-sebut mengeluarkan bau yang busuk.
"Laporan itu sudah kami terima. Namun, kami akan terjun langsung ke lapangan untuk memastikan apa penyebab air Selali ini menghitam. Apakah ada faktor dari aktivitas pertanian, limbah produksi atau faktor lainnya," sebut Kadis Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) BS Ir. Haroni Murni, SP.
Dilanjutkan Haroni, tidak bisa menduga penyebab air sungai yang menghitam. Apalagi pada hasil pemeriksaan limbah PT SBS yang notabene paling dekat dengan Sungai Selali masih dinyatakan aman dalam ambang batas. Hal tersebut dibuktikan dari hasil uji Lab yang baru keluar beberapa pekan lalu.
"Kalau dari outlet limbah PT SBS semuanya masih di bawah ambang batas. Artinya secara uji ilmiah tidak ada pencemaran. Tapi ini perlu kami pastikan lagi, supaya tidak terjadi simpang siur informasi dan keluhan masyarakat berkepanjangan," beber Haroni.
Meskipun demikian, untuk mengatasi aliran Sungai Selali yang terus dikeluhkan masyarakat karena wujud warnanya menghitam. Haroni akan berkoodinasi dengan manajemen PT SBS guna mendapatkan solusi.
Apalagi, perusahaan memiliki anggaran CSR untuk melakukan perbaikan lingkungan atau memberikan dampak positif terhadap aktivitas sosial masyarakat.
"Kembali lagi ke kebijakan awal, setelah nanti dicek, kemungkinan besar penyebabnya bakal tahu. Bisa jadi ada sedimen lumpur atau tumpukan sampah organik yang banyak di dasar sungai," pungkas Kadis. (roh)