Kemuliaan Hati Cucu Rasulullah SAW, Perhatikan Sepenggal Kisahnya
Ilustrasi--
RADAR KAUR - Melansir laman jateng.nu.or.id, Jumat (15/12). Terkisah tentang seorang sahabat sekaligus cucu Rasulullah SAW, Hasan bin Ali bin Abi Thalib.
Hasan bin Ali adalah putra pertama dari pasangan Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Sayyidah Fatimah Az-Zahra binti Rasulullah SAW. Dia dikenal sebagai orang yang penyayang dan penuh cinta kasih.
Imam Jalaluddin Suyuthi dalam kitab Tarikh Khulafa, menggambarkannya sebagai laki-laki yang memiliki kepribadian sempurna. Dia sosok pemimpin, penyabar, tegas, pemurah dan akhlaknya terpuji. Tidak menyukai pertengkaran dan pertumpahan darah.
Rasulullah dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Hakim, bersumber daru Abi Sa’id al Khuduri, memuji sosok Hasan sebagai ahli surga.
BACA JUGA:Lakukan Cara 5 Sederhana Ini Supaya Pasangan Tetap Mesra
BACA JUGA:Hore...! Harga Cabai Sudah Turun
Artinya: Meriwayatkan Imam Tirmidzi dan Hakim, dari Abi Sa’id al Khuduri, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Hasan dan Husein adalah dua pemimpin para pemuda penghuni surga."
Sementara itu, Umair bin Ishaq, salah seorang sahabat yang menjadi saksi kebaikan hati Hasan bin Ali menuturkan, bahwa cucu tercinta Rasulullah itu tidak pernah sama-sekali keluar dari mulutnya kata-kata kasar. Alkisah, Gubernur Marwan, termasuk orang yang sering mencaci-maki Ali dalam setiap khutbah Jumat.
Suatu waktu, Marwan mengirim orang untuk menemui Hasan dan menitipkan pesan hinaan sang Gubernur. Dalam pesannya Marwan mengatakan Ali dan Hasan sebagai keledai.
“Ali dan kamu! Aku tidak menganggapmu kecuali sebagai seekor keledai yang jika ditanya siapa ayahnya, maka ia akan menjawab; ibuku seekor kuda,” (Imam Jalaluddin Suyuthi, Tarikh Khulafa, [Mekkah, Maktabah Nizar Musthafa Al Baz, 2004), hal. 146.
BACA JUGA:SDN Mulai Semesteran, Simak Penjelasan Kepsek
BACA JUGA:Aur Ringit Butuh Lampu Jalan, Begini Kata Kades
Mendengar umpatan dan hinaan tersebut, Hasan tidak pernah membalasnya dan senantiasa sabar. Ia justru berkata kepada utusan tersebut, untuk menyampaikan pesan ini.
“Pergi dan kembali kepadanya, katakan aku tidak akan membalas ucapannya dan tidak akan mencaci-makinya karena perkataanmu ini. Namun ingatlah perjumpaan kita di hadapan Allah. Jika kamu benar, Allah akan membalas kejujuranmu, namun jika kamu bohong, sesungguhnya siksa Allah sangat pedih.”