Mereka adalah Markonis Yakub, RM Bintarti, Sutomo (Bung Tomo), dan Astuti Askabul. Ketika Markonis Yakub mendengar berita itu, dia segera meneruskannya ke RM Bintarti dan Bung Tomo.
Radio Hosokyoku (sekarang RRI Surabaya) menyiarkan berita proklamasi dalam Bahasa Madura pada 18 Agustus 1945 pukul 19.00 WIB, sehingga Jepang tidak dapat memahaminya.
Bahasa Madura dipilih karena sebagian besar orang Jawa Timur yang tinggal di Surabaya dan wilayah sekitarnya mengerti dan memahami bahasa Madura.
BACA JUGA:Jadi Inspirasi Film, Inilah Fakta Unik Tentang Suku Bajo
Selain itu, penggunaan Bahasa Madura juga bertujuan agar siaran radio tersebut tidak terpantau oleh Kempeitai atau polisi militer Jepang yang selalu menempatkan petugas yang mampu berbahasa Indonesia.
Saat petugas Kempeitai lengah, pada 19 Agustus 1945, teks proklamasi kemerdekaan baru diumumkan dalam Bahasa Indonesia.
Saat itu, Syahrudin berhasil menyelundupkan teks proklamasi ke radio Hosokyoku, meskipun kantor itu diblokir oleh Jepang.
Pemerintah Jepang masih terus berupaya meralat berita proklamasi yang sudah terlanjur menyebar.
Oleh karena itu, para pemuda yang bekerja di Hosokyoku berani melakukan perlawanan dengan menempel plakat yang diawali dengan kalimat, "Kami Pegawai Republik Indonesia atau Pegawai Radio Republik Indonesia".