Muriel melakukan semua ini karena dia percaya bahwa Indonesia adalah tanah air ketiganya setelah India (yang merupakan tanah kelahirannya) dan Skotlandia.
Selain itu, dia menyaksikan semangat pemuda Surabaya yang luar biasa dan dia berharap Indonesia menjadi negara yang merdeka dan berdaulat.
BACA JUGA:Kok Bisa Soekarno-Hatta Bekerjasama dengan Jepang? Ternyata Ini Alasannya!
BACA JUGA:Indonesia AirAsia Buka Rute Jakarta ke Brunei, Segini Harga Tiketnya
3. Joseph Benedict Chifley
Joseph Benedict (Ben) Chifley adalah seorang politisi Australia yang menjabat sebagai Perdana Menteri Australia dari tahun 1945 hingga 1949.
Ben Chifley dicatat sebagai tokoh penting dalam perundingan antara Indonesia dan Belanda di Linggarjati (1946) dan Renville (1948).
Selain itu, dia mendukung upaya serikat buruh pelabuhan Australia untuk memboikot kapal-kapal Belanda untuk mendukung Indonesia.
4. Amin Al Husseini
Amin Al Husseini, seorang politisi dan ulama Palestina yang menjadi mufti agung Yerusalem.
Dia adalah salah satu orang yang menyatakan ketidaksetujuannya terhadap kebijakan migrasi orang Yahudi ke Palestina pada tahun 1936.
Dia mendukung blok poros selama Perang Dunia Kedua dan menyiarkan propaganda pro-poros dan anti-Yahudi melalui siaran radio di negara-negara Timur Tengah.
Amin Al Husseini berperan dalam membantu Indonesia dengan menggunakan pengaruhnya di Jepang untuk mendesak memberikan kemerdekaan Indonesia.
Di radio Jerman, dia juga memberikan informasi tentang Indonesia ke negara-negara Arab.
5. Dmitry Manulisky
Dia merupakan diplomat Ukraina yang bertugas sebagai duta Ukraina untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dari tahun 1946 hingga 1958.