KORANRADARKAUR.ID - Kemerdekaan Indonesia merupakan salah satu momen bersejarah dalam sejarah bangsa ini. Setelah melalui perjuangan panjang melawan penjajahan Belanda dan Jepang akhirnya Indonesia bisa merdeka.
Proklamasi kemerdekaan Indonesa dibacakan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta, pada saatpembacaan proklamasi itu tentara Jepang masih berada di Indonesia.
Pada saat itu Jepang mengakui kekalahannya atau menyerah kepada sekutu, namun para tentaranya belum dipulangkan.
Dikutip dari www.kompas.com, pada saat prolamasi kemerdekaan Indonesia yang diadakan di Jalan Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta Pusat, Jepang secara tegas menolaknya dan belum mengakui kemerdekaan Indonesia.
Berbagai tindakan represif dilakukan jepang tujuannya untuk mencegah dan menghalangi berita proklamasi kemerdekaan Indonesia agar tidak didengar dunia internasional.
Laksamana Maeda mengantar Soekarno-Hatta ke Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto pada malam 16 Agustus 1945.
BACA JUGA:Tambang Emas di Hutan Lindung, Warga Mulai Berani Tebang Pohon dan Buka Lahan
BACA JUGA:3 Efek Bagi Anak Jika Main Hp Berlebihan
Namun, Kepala Staf Tentara XVI (Angkatan Darat), yang bertanggung jawab atas pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda, menolak kedatangan mereka.
Mayor Jenderal Otoshi Nishimura diberi perintah untuk menerima mereka. Untuk mengetahui sikap Jepang terhadap rencana persiapan kemerdekaan Indonesia, Soekarno-Hatta mengunjungi rumah Mayor Jenderal Nishimura.
Saat itu, Soekarno-Hatta dan golongan muda bersepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Setelah mengetahui maksud kedatangan Soekarno-Hatta, Jenderal Nishimura menolak untuk memberikan izin kepada para tokoh Indonesia untuk mengadakan pertemuan tentang proklamasi kemerdekaan dengan alasan mempertahankan status quo (tetap).
Nishimura mengatakan bahwa Jepang sudah menyerah kepada Sekutu, dan tentara Jepang ditugaskan untuk menjaga status quo di Indonesia.
Jika proklamasi dilaksanakan, maka akan mengubah status quo. Pada akhirnya, Soekarno dan Hatta hanya meminta Nishimura untuk tidak mengganggu pekerjaan mereka bersama Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Sepulang dari rumah Nishimura, Soekarno dan Hatta pergi ke rumah Laksamana Maeda untuk bertemu dengan beberapa tokoh lain untuk melakukan pertemuan untuk membuat teks proklamasi.