KORANRADARKAUR.ID - Sejak ajaran Islam masuk pertama kali di daerah Serambi Mekkah, Aceh. Secara perlahan terus menyebar ke seluruh penjuru tanah air, termasuk ke daerah Nusa Tenggara Timur (NTT).
Berbicara tentang penyebaran Islam di daerah dengan ibukota Kupang ini, mungkin banyak yang mengira bila orang yang pertama kali menyebarkannya adalah pendakwah dari jazirah Arab atau pulau Jawa. Namun ternyata, hal itu salah.
Orang yang pertama kali datang dan menyebarkan agama Islam di NTT adalah orang dari Bumi Sriwijaya atau Sumatera Selatan (Sumsel).
Sosok perdana yang mengenalkan agama Islam pada warga setempat adalah seorang pedagang sekaligus ulama bernama Syahbuddin bin Salman Al-Faris dari Kota Palembang, Sumatera Selatan.
BACA JUGA:Biar Langsung ACC! Ini Tips dan Trik Ajukan Pinjaman di Pegadaian
BACA JUGA:WAJIB MAMPIR! Inilah 5 Destinasi Wisata Religi Populer di Larantuka
Dalam penyebarannya, "wong" Palembang ini menggunakan pendekatan kekeluargaan dengan memegang tokoh-tokoh kunci di daerah setempat.
Melansir laman ntt.muhammadiyah.or.id, Selasa 2 April 2024, ada beberapa perbedaan pendapat tentang sejarah masuknya Islam di NTT.
Menurut Abdul Kadir G. Goro dalam sebuah thesisnya yang berjudul “Sejarah Perkembangan Agama Islam di Kabupaten Kupang” (1977).
Sejarah masuknya agama Islam di Kupang erat hubungannya dengan penyebaran agama Islam di Indonesia Timur.
Dari Ternate, Islam meluas meliputi pulau-pulau di seluruh Maluku, dan juga daerah pantau timur Sulawesi.
Kemudian, peneliti dan penulis buku tentang sejarah Islam di NTT, Munandjar Widiyatmika dari Kota Kupang mengatakan, “Dari sumber-sumber sejarah yang berhasil saya himpun, agama Islam masuk pertama kali di pulau Solor di Menanga pada abat ke-15 kemudian ke Ende dan Alor".
BACA JUGA:Umrah di Bulan Ramadan, Wajar Ramai, Keistimewaannya Luar Biasa
BACA JUGA:9 Makanan Tradisional Sangat Cocok untuk Buka Puasa, Ada Kupat Tahu dari Sunda
Beliau juga berpendapat bahwa Solor menjadi daerah pertama penyebaran agama Islam di NTT karena letaknya strategis dengan bandar-bandar penting di Pamakayo, Lohayong, Menanga dan Labala, sangat penting bagi kapal yang menunggu angin untuk melanjutkan pelayaran ke Pulau Timor dan Maluku, demikian pula di Ende dan Alor.