Melansir laman mojok.co, Minggu 3 Maret 2024. Setelah keluarganya pindah ke Cilacap pada tahun 1916. Soedirman tumbuh menjadi seorang siswa rajin.
BACA JUGA:MEMPERIHATIN! Diterjang Banjir Bandang, Jembatan Putus Total, Ini yang Dialami Masyarakat
Dia aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler, termasuk mengikuti program kepanduan yang dijalankan oleh organisasi Islam Muhammadiyah.
Saat di sekolah menengah, Soedirman mulai menunjukkan kemampuannya dalam memimpin dan berorganisasi.
Karena ketaatannya pada Islam. Soedirman muda sangat dihormati oleh masyarakat.
Setelah berhenti kuliah keguruan tahun 1936 ia mulai bekerja sebagai seorang guru di sekolah dasar di bawah naungan Muhammadiyah dan kemudian menjadi kepala sekolah di sana.
BACA JUGA:Kualifikasi PD, Shin Tae-yong Panggil Jay Idzes ke Timnas Indonesia
BACA JUGA:MENGEJUTKAN! Ternyata Harga Beras Versi Masyarakat Belum Naik, Beras SPHP Bulog Sangat Membantu
Kala itu, dia juga aktif dalam kegiatan Muhammadiyah lainnya dan menjadi pemimpin Kelompok Pemuda Muhammadiyah pada tahun 1937.
Setelah Jepang menduduki Hindia Belanda pada 1942, Soedirman tetap mengajar.
Pada tahun 1944, ia bergabung dengan tentara Pembela Tanah Air (PETA) yang disponsori Jepang, menjabat sebagai komandan batalion di Banyumas.
Selama menjabat, Soedirman bersama rekannya sesama prajurit melakukan pemberontakan, hingga kemudian diasingkan ke Bogor.
BACA JUGA:Marga Tekuat Dunie
Berbicara tentang julukannya sebagai gurunya tentara. Setidaknya ada dua alasan, mengapa Sudirman layak disebut sebagai gurunya tentara.
Pertama, usai Jepang menyerah kepada sekutu, Sudirman mampu meyakinkan pasukan Jepang untuk menyerahkan persenjataannya kepada tentara republik.