RADAR KAUR - Hilirisasi kelapa sawit di tanah air akan mengokohkan dan menguntungkan Indonesia. Karena hilirisasi sebuah metode dengan mengurangi penjualan bahan mentah ke luar negeri dan melakukan pengolahan sendiri di dalam negeri.
Dengan begitu selain meningkatkan lapangan pekerjaan juga akan meningkat devisa negara. Saat ini Indonesia terus memperkuat posisinya sebagai pemain utama dalam industri hilirisasi kelapa sawit pada tahun 2024.
BACA JUGA:Prabowo Ikuti Langkah Mahfud? Mahfud Resmi Mundur dari Menko Polhukam
Peningkatan kebutuhan dalam negeri, terutama akibat implementasi mandatori Biodisel B30, menjadi pendorong utama bagi kemajuan sektor ini.
Dikutip dari infosawit.com dengan judul "Indonesia Semakin Kokoh Sebagai Pemain Hilir Sawit 2024". Menurut Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Mukti Sardjono, dalam webinar Perkebunan Outlook 2024 yang diselenggarakan Gamal Institute, devisa ekspor kelapa sawit pada Rabu 31 Januari 2024.
BACA JUGA:Jelang Pemilu, 3 Pucuk Senpi Anggota Polres Kaur Ditarik, Ini Alasannya
Ekspor Indonesia mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah pada tahun 2022 sebesar Rp 39,07 Miliar Dolar AS. Sedangkan tahun 2023 angka tersebut turun menjadi Rp 25,28 Miliar Dolar.
Adanya pergeseran dalam jenis produk ekspor kelapa sawit. Yang mana sebelumnya didominasi oleh bahan baku Crude Palm Oil (CPO), sekarang lebih banyak diekspor dalam bentuk hasil hilir, seperti produk refinery dan oleochemical.
Pada tahun 2023, ekspor CPO hanya mencapai 2,6 juta ton, sementara produk refinery palm oil mencapai 19,7 juta ton, dan oleochemical sebanyak 3,8 juta ton. Ini menunjukkan diversifikasi produk yang semakin meningkat.
Meskipun terjadi penurunan dalam ekspor CPO, Indonesia tetap mampu mempertahankan penguasaan pasar dengan tujuan utama ekspor ke negara seperti China, India, Pakistan, Timur Tengah, Bangladesh, dan Uni Eropa.
BACA JUGA:WASPADA! Ini 4 Ciri-ciri Orang Mempunyai Sifat Manipulatif
BACA JUGA:Bertanding di Luar Daerah, SMAN 1 Kaur Boyong 3 Piala
Tahun 2024, kebutuhan CPO dalam negeri terus meningkat, terutama jika implementasi mandatory B45 dilaksanakan. Namun, produksi kelapa sawit diperkirakan tidak akan mengalami lonjakan yang signifikan.
Tentu dengan kondisi dan prospek yang ada, pemerintah saat ini terus berbenah dengan menggalakan program Peremajaan Kelapa Sawit Rakyat (PSR). Tetapi yang menjadi persoalan masih banyaknya petani sawit di Indonesia tidak mau meremajakan kebun mereka.
Selain itu persoalan selanjutnya saat ini untuk pupuk pemerintah telah menghapus subsidi untuk perkebunan kelapa sawit.