LUAS - Di saat desa lain sudah sampai kendaraan roda empat atau mobil, berbeda dengan Desa Serdang Indah Kecamatan Luas. Mobil belum sampai ke desa ini. Sebab, jembatan Air Luas menuju ke desa ini baru jembatan gantung.
Sehingga belum bisa dilantasi mobil. Warga yang sakit terpaksa dibawa pakai motor dengan cara dibonceng. Padahal jembatan gantungnya cukup tinggi dan panjang. Tapi, tidak ada pilihan lain lagi. Seperti yang terjadi dengan Witono (66) dan Wiji (66) Pasangan Suami Istri (Pasutri) di Desa Serdang Indah.
Pasutri yang ditemukan lemah tak berdaya karena sakit. Akhirnya dibawa ke RSUD Kaur di Desa Cahaya Batin Kecamatan Semidang Gumay, Selasa 23 Januari 2024.
BACA JUGA:Nilai PIP Tahun 2024 Meningkat, Berikut Nominal Terbarunya Per Siswa
Saat melakukan evakuasi, keduanya terpaksa dibawa menggunakan sepatu motor menuju jalan Lintas Provinsi Bengkulu Tanjung Iman - Muara Sahung. Sebelum akhirnya dibawa ambulance Puskesmas Luas menuju RSUD Kaur. Ini lantaran akses menuju desa setempat hanya bisa dijangkau kendaraan roda dua. Sebab sarana penyeberangan yang hanya menggunakan jembatan gantung.
"Jarak dari rumahnya ke jalan hitam ke sekitar 3 Kilometer (Km). Terpaksa harus dibawa pakai sepeda motor. Kan tahu sendiri akses menuju desa kami hanya bisa dilalui sepeda motor," ujar Kades Serdang Indah Arizona, S.Pd.
Ungkapnya, hal seperti ini bukan sekali ini terjadi. Ketika akan mengevakuasi warga desa yang sakit ringan hingga sekarat. Pihaknya terpaksa menggunakan sepeda motor. Sedang untuk melakukan evakuasi jenazah. Pihaknya menggotong dari jalan hitam menuju rumah duka menggunakan keranda.
"Kalau mau bicara nurani. Tentu tidak wajar jika orang yang sekarat ini dibawa pakai sepeda motor. Namun karena keadaan ini terpaksa kami lakukan. Harapan kami ini jadi perhatian pemerintah," ungkap Rozi.
Sementara itu, tokoh pemuda Desa Serdang Indah, Sukatno, SH mengeluhkan belum terealisasinya janji sejumlah pihak. Untuk membangun jembatan permanen menuju desanya, sebagai hal yang sangat didambakan seluruh warga desa. Ini untuk melepaskan label sebagai desa terisolir.
"Beberapa pihak pernah berjanji mau bangun jembatan permanen untuk kami. Namun, hingga sekarang masih belum ada titik temu. Besar harapan kami agar ini terwujud. Supaya kami tidak terisolir lagi," tandasnya.