Di sini terdapat dua makam yang sangat dihormati, yaitu makam Eyang Kyai Zakaria (Eyang Jugo) dan Raden Mas Imam Sujono (Eyang Sujo).
Kedua makam ini diyakini memiliki daya spiritual yang kuat, dan banyak orang datang untuk mencari pesugihan atau kekayaan dengan harapan mendapatkan berkah.
Asal-usul popularitas Gunung Kawi sebagai tempat wisata spiritual tak lepas dari peran kedua tokoh tersebut.
Eyang Jugo dan Eyang Sujo dikenal sebagai bhayangkara terdekat Pangeran Diponegoro.
Setelah Pangeran Diponegoro diasingkan pada tahun 1830, keduanya memilih mengasingkan diri di Gunung Kawi.
BACA JUGA:3 Khodam Pendamping Mengerikan, Meminta Imbalan Balik Berbahaya, Hingga Mengancam Nyawa
BACA JUGA:Cuma Modal Cermin, Begini Cara Melihat Khodam Leluhur Pendamping
Mereka kemudian menyebarkan ajaran Islam, moral kejawen, serta keterampilan hidup kepada masyarakat setempat.
Eyang Jugo semakin terkenal karena ilmu dan kebijaksanaannya, salah satunya dalam menangani wabah ternak pada tahun 1860.
Wabah tersebut berhasil diatasi berkat ajaran dan pengobatan dari Eyang Jugo.
Pada tahun 1871, Eyang Jugo wafat dan dimakamkan di Gunung Kawi, diikuti oleh Eyang Sujo pada tahun 1876.
Kedua makam tersebut kini menjadi tujuan utama ziarah bagi banyak orang.
Setiap tahun, para keturunan dan pengikut Eyang Jugo serta Eyang Sujo mengadakan perayaan di makam tersebut, dengan ritual seperti tahlil akbar dan upacara lainnya.
Selain makam, terdapat beberapa tempat lain di sekitar Gunung Kawi yang juga menjadi tujuan peziarah, seperti Rumah Padepokan Raden Mas Imam Sujono, guci kuno peninggalan Mbah Jugo, serta Pohon Dewa Daru yang dianggap bertuah, dengan kepercayaan bahwa siapa pun yang kejatuhan buah pohon ini akan mendapat rezeki.
Dengan sejarah panjang dan berbagai kepercayaan yang melekat, Gunung Kawi tetap menjadi tempat yang menarik bagi peziarah dan peneliti yang ingin menggali lebih dalam tentang spiritualitas dan pesugihan di Indonesia. ***