KORANRADARKAUR.ID – Ini dia masjid terbersih di Kotamadya Bandar Lampung, Masjid Al-Yaqin bahkan pernah meraih juara kebersihan dan masjid ini dibangun oleh orang-orang dari Bengkulu yang merantau ke Tanjung Karang.
Masjid megah di pusat kota ini berada di Jalan Raden Intan, Tanjung Karang Kotamadya Bandar Lampung merupakan masjid dibangun oleh orang Bengkulu dan pernah raih juara kebersihan beberapa tahun lalu.
Masjid pernah juara kebersihan ini juga membuka KSU simpan pinjam warga membutuhkan untuk modal usaha kios dan pedagang kecil, pinjaman tanpa bunga begitu membantu warga.
Masjid di pusat kota di tepi jalan lintas merupakan tempat persinggahan para musafir dan hingga kini masjid yang dulunya dibangun oleh orang Bengkulu tetap berdiri megah dan banyak jamaahnya.
Masjid tertua yang terletak di salah satu jalan utama Kotamadya Bandar Lampung pada awalnya sekitar tahun 1883 di dekat Pasar Bawah atau pos polisi lama dekat Bioskop Raya.
Masjid yang ramai musafir singgah lantaran begitu mudah dijangkau dan merupakan ikon kota karena begitu menarik perhatian.
BACA JUGA:Masjid Raudhaturrahman Gayanya Kubah Seperti Mangkuk Terbalik, Pilihan Musafir Istirahat
BACA JUGA:WAW! Masjid Raya Al-A’zhom Miliki Payung Taman Menyerupai Masjid Nabawi
Dikutip dari laman duniamasjid.islamic.center.or.id, Masjid Al-Yaqin sudah ramai jamaah dan masjid awalnya didirikan orang-orang asal Bengkulu yang merantau ke Tanjung Karang.
Hingga kini masjid makin dibugarkan dan begitu megah terletak di pusat keramaian kota sungguh membuat masjid makin ramai jamaahnya.
Masji yang pernah meraih juara kebersihan ini begitu mengagumkan karena masjid yang megah ini dapat menampung jamaah yang ramai.
Tentu saja salat di masjid membuat pikiran jadi tenang apa lagi salat secara berjamaah karena salat demikian begitu dianjurkan.
Masjid awalnya di lokasi Pasar Bawah bertahan selama 29 tahun dan 1912 dipindahkan ke lokasi yang sekarang ini.
Ukuran masjid dulunya berukuran 30 x 37 m dan luas 1.110 m2 berdiri di atas tanah wakaf warga seorang haji asal Menggala, H. Cik dan penghulu Muhidi (almarhum) sebagai nazir.
Waktu itu masjid masih masih semi permanen dengan berdinding papan dan lantai semen serta beratap genteng dan begitu bangunan masih sederhana.