Secara filosofi, bagian rumah adat ini melambangkan nirwana atau surga. Sehingga bentuk menara yang seperti telapak tangan terkatup.
BACA JUGA:Sangbua di Toraja, Desa Wisata Terbaik untuk Edukasi dan Penelitian Geologi
Merupakan simbol memuja Sang Pencipta Semesta. Dua tanduk di puncak menara melambangkan Wanita dan Pria sebagai master piece kisah penciptaan.
Sementara itu, peninggalan budaya Megalitikum berupa Batu Kubur Besar dan Sarkofagus. Adalah pemandangan yang sangat familiar jika berkunjung ke Pulau Sumba. Khususnya pada kampung-kampung adat tradisional.
Konsep Batu Kubur Megalitikum melambangkan perahu yang berlayar ke dunia arwah. Di sinilah konsep "Ma Rappu" atau jiwa yang sudah pergi ke dunia arwah yang oleh masyarakat setempat disebut Prai Ma Rappu. Menjadi inti ataupusaran budaya Sumba.
Rumah Adat Menara Sumba ini sebagai simbol kelahiran. Sedangkan Batu Kubur Megalitikum sebagai simbol kematian raga yang fana menuju kepada kehidupan keabadian.
BACA JUGA:Desa Wisata Terbaik di Sulteng, Cek Keunggulan Sumbersari di Sini
Wisata Budaya Kampung Adat Prai Ijing inilah yang menjadi andalan utama Desa Wisata Tebara.
Tata Kelola Wisata Budaya ini telah berhasil mebangkitan ekonomi masyarakat Desa Tebara khususnya warga kampung Prai Ijing.
Ini sekaligus meningkatkan kesejahteraan hidup dengan membuka lapangan kerja baru.
Selain wisata budaya, Desa Wisata Tebara juga memiliki objek wisata alam yang menawan.
Seperti Danau Weeboro, Bukit Pangadu, Bukit Wee Padenang ataupun Bukit Ngadu Bonnu yang memiliki view menarik ke arah Samudera Hindia di Selatan.
Desa Wisata Tebara memiliki keunikan yang tidak dimiliki desa lain. Ini karena memiliki wilayah yang tersebar luas di empat penjuru mata angin.
Itulah sekilas tentang Desa Wisata Tebara Provinsi NTT.