KORANRADARKAUR.ID - Pengamat ekonomi dari Universitas Jember, Adhitya Wardhono, menekankan pentingnya Presiden Prabowo Subianto untuk mendorong investasi di sektor energi terbarukan.
Langkah ini dinilai krusial dalam mewujudkan tekad Prabowo agar Indonesia mencapai swasembada energi, terutama di tengah tantangan global yang semakin kompleks.
Dalam pidato pertamanya setelah dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia pada 20 Oktober 2024, Prabowo mengungkapkan komitmennya terhadap swasembada pangan dan energi. Ia menyatakan, bahwa kedua aspek ini menjadi langkah utama untuk menghadapi tantangan global yang ada.
Adhitya Wardhono mengingatkan bahwa ketergantungan Indonesia terhadap energi fosil, khususnya batu bara, memerlukan transisi cepat menuju energi terbarukan.
"Kita perlu mengurangi ketergantungan ini. Agar dapat menyesuaikan diri, dengan dinamika pasar global, dan mengurangi risiko lingkungan," ujarnya.
Ia menyarankan pemerintah untuk merumuskan kebijakan yang dapat menarik investasi di sektor energi terbarukan. Ini termasuk memberikan insentif fiskal dan menciptakan regulasi yang menarik bagi investor yang tertarik pada teknologi energi bersih, seperti tenaga surya, angin, dan bioenergi.
BACA JUGA:Pengangkatan PPPK Bakal Jadi Kado Terindah untuk Prabowo Subianto, Ini Alasannya
BACA JUGA:Diluar Prediksi, Menteri Kabinet Merah Putih Prabowo-Gibran Resmi Diumumkan, Berikut Ini Namanya
"Memperkuat infrastruktur, termasuk jaringan listrik pintar dan fasilitas penyimpanan energi, sangat penting untuk memaksimalkan potensi investasi ini," tambah Adhitya.
Langkah-langkah ini diharapkan, dapat membantu Indonesia. Menurunkan emisi gas rumah kaca dan menjadi pelopor. Dalam transisi energi berkelanjutan, sejalan dengan komitmen global terhadap perubahan iklim.
"Dengan mengalihkan fokus kita, dari energi fosil. Maka kita dapat menciptakan ketahanan energi, yang lebih baik dan mengurangi, kerentanan terhadap fluktuasi, pasar energi global," ujarnya.
Tantangan utama dalam transisi menuju energi terbarukan adalah keterbatasan infrastruktur dan investasi. Oleh karena itu Adhitya menegaskan, bahwa diperlukan komitmen besar. Dari sektor publik, dan swasta juga, kebijakan yang mendukung inovasi teknologi, dan kemudahan dalam investasi.
"Diversifikasi sumber energi satu diantara beberapa kunci. Untuk mengurangi ketergantungan kita, pada satu jenis sumber energi," katanya.
Lebih lanjut, ia menggarisbawahi pentingnya pengembangan energi terbarukan untuk menciptakan lapangan kerja baru, terutama bagi masyarakat yang selama ini bergantung pada industri batu bara. Dalam konteks swasembada energi, Adhitya menilai bahwa hal ini dapat menciptakan kemandirian energi yang lebih besar dan mengurangi ketergantungan pada impor energi fosil.
Namun, ia memperingatkan bahwa implementasinya memerlukan pendekatan terkoordinasi dengan kebijakan yang jelas dan dukungan internasional. Sebagai langkah awal, Adhitya merekomendasikan agar pemerintah melakukan kajian mendalam terkait potensi energi terbarukan di Indonesia dan menyiapkan peta jalan yang jelas untuk transisi energi.