KORANRADARKAUR.ID - Untuk mengetahui seberapa besar rawan potensi terjadinya konflik di Pilkada 2024 yang tidak akan lama lagi akan diselenggarakan.
Mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM) melakukan penelitian dengan turun kelapangan.
Hasilnya sangat mencengangkan, terdapat indikasi pemicu rawan konflik Pilkada 2024 berasal dari organisasi di bawah partai politik.
Awalnya diduga konflik dipicu oleh adanya perbedaan ideologi antar dua kubu.
BACA JUGA:Antisipasi Pilkada 2024 Terjadinya Konflik, Ini Langkah KPU dan Bawaslu
BACA JUGA:Lima Provinsi Wilayah Rawan Konflik Pilkada 2024, Apakah Ada Bengkulu?
Tetapi temuan di lapangan menunjukkan adanya praktik politik ekonomi formal dan informal. ujar Sherlly mahasiswi UGM dikutip dari ugm.uc.id.
Dari hasil penelitian penemuan konflik mengacu adanya kecenderungan organisasi untuk membuat masyarakat turun ke jalan, berkampanye, dan memperlihatkan fanatisme terhadap kelompok tertentu.
Faktor yang paling kuat dilatarbelakangi oleh faktor historis, ekonomi, dan personal.
Pilkada 2024 potensi konflik dan polarisasi masyarakat semakin tinggi.
Terlebih karena seluruh pelaksanaan Pilkada dilakukan secara serentak, maka wacana akan keamanan saat Pilkada menjadi urgensi tersendiri.
Semua lapisan masyarakat akan merasakan hal yang sangat berbeda dari masa Pilkada sebelumnya.
Kemeriahan dari tahun politik pastinya tidak akan bisa terlepas dari konflik yang timbul karena fanatisme terhadap sebuah pihak.
Dengan begitu penyelenggara Pilkada tidak bisa memandang sebelah mata atas potensi akan adanya konflik di Pilkada 2024.
Menurut data Badan Pengawasan Pemilihan Umum (Bawaslu) RI, Indeks Kerawanan Pemilu (IKP) pada tahun 2024 mendatang menyebutkan Yogyakarta menempati posisi kedua yang memiliki kerawanan tertinggi, dengan indeks 63.67 persen.