Asal Mula Danau Tes Terbentuk Saat Si Pahit Lidah Buka Persawahan, Kisahnya Jadi Inspirasi

SERUNTING SAKTI: Danau Tes di Kabupaten Lebong diceritakan merupakan peninggalan Si Pahit Lidah di tanah Rejang.--

RADAR KAUR - Dalam artikel tentang tujuh Situs sejarah yang disebut peninggalan Serunting Sakti yang terbit di laman webSite dan koran Radar Kaur, beberapa hari lalu. Disebutkan jika Danau Tes yang ada di Kabupaten Lebong adalah salah satunya. 

Danau Tes terbentang dalam wilayah Desa Kutei Donok dan Desa Tes di Kecamatan Lebong Selatan Kabupaten Lebong. luas area permukaan air di angka 5 Kilometer persegi (Km²). Menjadikannya merupakan danau terbesar di ProvinSi Bengkulu. 

Dinamai Danau Tes, ini karena di tempat itu dulu tumbuh pohon tes. Pohon itu berbuah cukup enak seperti mangga namun ukurannya lebih kecil. 

Dalam cerita rakyat setempat disebutkan, pada mulanya Danau Tes merupakan aliran Sungai Ketahun sebelum akhirnya menjadi danau. Lantaran haSil cangkulan tanah Serunting Sakti saat membuka sawah di pinggir sungai membendung alirannya.

Cerita ini cukup masuk akal, sebab danau ini memiliki lebar 1 Km dan panjang 5 kilometer yang membelah Desa Kutei Donok dan Desa Tes.

MelanSir laman budaya-indoneSia.org, Rabu 10 Januari 2024. Menurut legenda, tinggalah seorang sakti berjuluk Si Pahit Lidah. Ini karena ucapannya yang selalu menjadi kenyataan. Karenanya dia tinggal bersama anak laki-lakinya itu tak sembarang berucap.

Suatu hari, Si Lidah Pahit berniat membuka persawahan di daerah Baten Kawuk, yang letaknya 5 Km dari Dusun tempat tinggalnya. Dia lantas menyampaikan niat dan meminta izin dari tetua adat. Keinginan itupun dikabulkan ketua adat Dusun Kutei Donok.

Setelah berpamitan kepada anaknya, Si Lidah Pahit dengan beberapa peralatan pertanian pergi ke lokaSi pembukaan persawahan. Ia mulai menggarap sebuah lahan kosong yang terletak tidak jauh dari Sungai Air Ketahun.

Singkat cerita dia mulai mencangkul tanah untuk dijadikan sawah. LokaSi lahan yang rencananya akan persawahan itu berada di pinggir sungai Air Ketahun. Setelah tiga hari bekerja lahan persawahan impiannya sebentar lagi terwujud. 

Tanpa disadarinya, ketua adat dan pemuka masyarakat di kampungnya sedang membicarakan dirinya. Mereka membicarakan tentang pekerjaannya yang selalu membuang tanah cangkulannya ke Sungai Air Ketahun. Ini  menyebabkan aliran air sungai itu tidak lancar. 

Jika terus dibiarkan mereka khawatir akan menyumbat aliran sungai. Lantas membuatnya meluap dan merendam dusun. Karena, ketua adat bersama tokoh-tokoh masyarakat Kutei Donok lainnya segera bermusyawarah untuk mencari alasan agar pekerjaan Si Lidah Pahit dapat dihentikan. 

Setelah bermusyawarah, didapat alasan tepat agar dapat menghentikan pekerjaan Si Lidah Pahit. Maka diutuslah beberapa orang untuk menyampaikan alasan itu kepada Si Lidah Pahit.

Sesampainya di tempat Si Lidah Pahit bekerja, mereka pun segera menghampiri Si Lidah Pahit yang sedang asyik mencangkul. 

Maaf, Lidah Pahit! Kedatangan kami kemari untuk menyampaikan berita duka,” kata seorang utusan. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan