Pantang Menyerah, Inilah Deretan Ulama yang Berjuang untuk Kemerdekaan Indonesia
Ulama yang Berjuang untuk Indonesia-sumber foto: Koranradarkaur.id-
Dia lahir pada tanggal 5 April 1894 di Beji, Bojonegara, Serang, Banten. KH Syam'un berguru di Masjidil Haram, tempat ulama keislaman terbaik di dunia berkumpul untuk berbagi pengetahuan, ketika dia berusia 11 tahun.
KH Syam'un pernah menjadi anggota kelompok pemuda bentukan Jepang yaitu Pembela Tanah Air (PETA). Jabatannya di PETA sebagai Dai Dan Tyo, dia bertanggung jawab membawahi Dai Dan I PETA wilayah Serang. Dia juga sering mengajak anak buahnya untuk memberontak dan mengambil alih kekuasaan Jepang.
Karya militer KH Syam'un sangat sukses hingga dia diangkat menjadi Bupati Serang dari tahun 1945 hingga 1949. Pada awal kemerdekaan, KH Syam'un berhasil mengurangi konflik sosial di Banten yang dikenal dengan peristiwa Dewan Rakyat pimpinan ce Mamat.
3. Kiai Masykur
KH Masykur merupakan Menteri Agama pada tahun 1947–1949 dan 1953–1955. Dia lahir pada tanggal 30 Desember 1904 di Malang, Jawa Timur. Banyak dari masa mudanya dihabiskan untuk merantau dari satu pesantren ke pesantren lainnya. Dia memulai perjalanannya di Pesantren Bungkuk di Singosari, lalu pergi ke Pondok Sono, Siwalanpanji, Tebuireng dan akhirnya berguru kepada Syaikhona Cholil Bangkalan.
Kiai Masjkur aktif berjuang sebagai seorang pejuang selama revolusi pembebasan melawan penjajahan. Dia juga tercatat sebagai pendiri Pembela Tanah Air (PETA). Dia ditunjuk sebagai Ketua Markas Tertinggi Sabilillah (1945-1947) selama pertempuran 10 November 1945 dan dia ditunjuk secara resmi sebagai anggota Badan Pembela Pertahanan Negara selama masa Mr. Amir Syarifuddin.
4. Kiai Hasnawi Karim
Haji Hasnawi Karim BA merupakan seorang akademisi dan pejuang Indonesia. Dia lahir di Batipuh Baruah, Tanah Datar, Sumatera Barat, pada 24 Desember 1924, Dari pasangan keluarga Abdul Karim Datuk Rangkayo Marajo dan Hajjah Nurqamar Amin. Semasa hidupnya, dia pernah menjalani berbagai jenis pekerjaan dan profesi.
Mulai dari guru, pejuang, perwira, hingga pemimpin dan akhirnya menjadi seorang ulama. bahkan berpartisipasi dalam politik. Hasinawi menjadi Imam Tentara Dinas Agama Tentara Staf A di Territorium Sumatera Tengah, daerah Tanah Datar. Tujuannya adalah untuk menanamkan ketaatan beragama, iman dan ketakwaan serta budi pekerti luhur para prajurit.
Hasinawi pernah menjadi kepala pendidikan dan latihan Batipuh X Koto Padang Panjang Pemuda Republik Indonesia (PRI). Dia ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan mengumpulkan bahan makanan dalam pembentukan BKR, TKR Batalyon Merapi yang dirampas dari gudang perbekalan Jepang di Batipuh.
Hasnawi pergi ke Tarutung untuk mencari senjata selama Agresi Belanda II. Belum sampai lokasi, dia diminta untuk menyerahkan mobilnya kepada petugas di lokasi. Akhirnya, Hasnawi harus berjalan kaki untuk kembali ke Padang Panjang, menempuh perjalanan selama 18 hari siang dan malam.
5. Kiai Iskandar Sulaiman
Iskandar Sulaiman berasal dari keturunan bangsawan yang kaya raya, dan ia dikenal sebagai seorang yang sangat dermawan tanpa menunjukkan rasa angkuh. setelah perjalanannya untuk belajar di Pesantren Tebuireng.
Dengan kekayaan yang dia miliki, dia membantu memakmurkan masyarakat di sekitarnya sekaligus memperkenalkan NU kepada masyarakat. Selain itu, dia membangun institusi pendidikan seperti madrasah dan kegiatan penunjang lainnya.
Iskandar Sulaiman tidak hanya bekerja sebagai pengajar, dia juga aktif dalam kemiliteran sebelum dan setelah kemerdekaan.