Alumnus Unair Best Student di Polandia, Simak Nilainya
Ary Kurniawan Hardi wisudawan lulusan terbaik di Polandia--
RADAR KAUR - Kabar penuh inspirasi dan prestasi kembali datang dari Ary Kurniawan Hardi merupakan alumnus Universitas Airlangga (Unair). Ary Kurniawan Hardi lulusan terbaik dengan IPK sempurna, 5,00 skala 5,00 di Nicolaus Copernicus University Torun Polandia.
Memang ini bukan prestasi yang pertama bagi Ary di jenjang S1. Ia juga peraih predikat sebagai wisudawan terbaik FISIP Unair dengan IPK 3,98.
Beberapa waktu sebelum menghadapi Thesis Defense, Ary juga sempat gelar 'Best Student' untuk program magister di Nicolaus Copernicus University.
Dikutip dari haibunda.com, Ary mengaku sangat di luar ekspetasinya. Lantaran mendapat pertanyaan yang intens. Dia menjelaskan selama penulisan thesis, dirinya dibimbing pengacara internasional yang juga bekerja di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pada proses Thesis Defense, dua penguji lainnya juga diketahui berprofesi pengacara internasional.
"Karena topik penelitianku ini 70 persen tentang hukum internasional dan 30 persen tentang ilmu politik. Jadi awalnya aku sudah punya feeling akan dapat pertanyaan yang sangat judgemental karena mereka pengacara," katanya.
Ary mengaku penelitian yang ia tuangkan dalam tesis adalah, isu yang sensitif karena berikatan tentang Papua Barat. Menurutnya, kasus di Papua Barat masih menjadi topik yang abu-abu.
Meskipun pemerintah sudah mengklaim telah memberikan solusi yang terbaik, keadaan yang hadir di lapangan berkata lain. Melalui penelitiannya lulusan Ilmu Politik Unair ini mencoba untuk membahas fenomena yang disebut sebagai insurgensi.
"Insurgensi itu ada berbagai macam golongannya, sedangkan yang aku bahas di Papua Barat adalah tentang separatismenya," ujar Ary.
Selama prosesnya, Ary mengkaji insurgensi yang timbul dari konflik ini termasuk adanya permintaan dalam sudut pandang hukum internasional.
Permintaan yang dimaksudkan adalah memisahkan diri dari Indonesia. Jika Papua memisahkan diri apakah itu bisa dibenarkan dalam standar hukum internasional atau tidak.
Terlebih instrumen hukum internasional yang dia pakai di sini adalah Hukum HAM Internasional. Sehingga hasil penelitian yang dia lakukan menawarkan perspektif baru, dan strategi dalam menghadapi kelompok separatisme di Papua.
Melalui lima aspek yakni militer, ekonomi, keamanan, politik, dan birokratik ditemukan strategi yang kemungkinan menjadi penyebab konflik di Papua Barat menjadi berkepanjangan.
Salah satu contoh penyebabnya adalah arus informasi yang tersendat dan penggunaan kekerasan yang terlalu banyak. Sedangkan dari perspektif ekonomi bantuan-bantuan tidak tersalurkan.