Perang Dagang Kendaraan Listrik Antara Uni Eropa dan Tiongkok Memanas, Ini Dampaknya
Gambar bendera negara China yang merupakan produsen kendaraan listrik.-Sumber foto: koranradarkaur.id-
"Ini menjadi musik di telinga para pembuat kebijakan Tiongkok," katanya dikutip dari konta.co.id
Menyoroti bahwa, negara-negara anggota UE memiliki pandangan yang berbeda. Mengenai kebijakan perdagangan dengan Tiongkok.
Negara-negara seperti Jerman dan Hongaria, cenderung lebih berhati-hati dalam mendukung tarif tinggi.
BACA JUGA:Ada Apa BEI Cabut Suspensi Perdagangan Saham JSPT, INTD dan BCIC? Cek di Sini
BACA JUGA:Elon Musk Umumkan Undian US$ 1 Juta untuk Pemilih Terdaftar, Tuai Kritikan Hukum
Sementara anggota UE yang lebih agresif, seperti Prancis, mendesak tindakan tegas terhadap Tiongkok.
Beijing telah lama, memprioritaskan perpecahan di antara sekutu barat.
Sebagai strategi untuk menghindari kebijakan Eropa, yang lebih berani atau kerja sama dengan AS dalam mengontrol ekspor teknologi ke Tiongkok.
Sementara itu, The New York Times melaporkan, bahwa tarif baru UE untuk kendaraan listrik Tiongkok akan diterapkan secara bertahap tergantung pada perusahaan.
Analis di Rhodium Group mencatat, bahwa bea masuk di bawah 40% kemungkinan tidak akan cukup untuk menghentikan keuntungan yang diperoleh produsen mobil Tiongkok di pasar UE yang meningkat dari 3% pada tahun 2022 menjadi 20% pada tahun ini.
Meskipun bea masuk, dapat mengurangi sebagian atau seluruh keuntungan dari beberapa kendaraan listrik.
Ada kemungkinan produsen, akan bersedia menurunkan harga, dan menjual dengan kerugian demi meraih pangsa pasar di pasar kendaraan listrik terbesar kedua di dunia.
Analis memperingatkan, pada akhirnya UE tidak akan memperoleh keuntungan dari peningkatan tarif melampaui batas tertentu.
Dengan situasi ini, ketegangan antara UE dan Tiongkok di sektor kendaraan listrik diperkirakan akan terus meningkat.
Menimbulkan pertanyaan mengenai strategi jangka panjang masing-masing pihak dalam menghadapi dinamika pasar global, yang terus berubah.