Gabung BRICS, Indonesia Buka Peluang Impor Minyak dan Gandum
Negara Indonesia membuka peluang untuk impor minyak dan gandum.- Sumber foto: koranradarkaur.id-
KORANRADARKAUR.ID - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Dr. (H.C) Ir. Airlangga Hartarto, M.B.A., M.M.T mengungkapkan, bahwa pemerintah Indonesia telah membuka opsi untuk mengimpor minyak, dan gandum dari negara-negara anggota BRICS.
Pernyataan tersebut disampaikan, saat Airlangga memberikan tanggapan mengenai keuntungan yang dapat diperoleh Indonesia.
Sebagai mitra BRICS, di tengah upaya Indonesia untuk bergabung dengan blok kerja sama ekonomi yang dipimpin oleh China dan Rusia.
Airlangga menegaskan, bahwa Indonesia saat ini sedang memfinalisasi perundingan dalam kerangka Indonesia-Eurasian Economic Union Free Trade Agreement (IEAEU-FTA), yang diharapkan dapat selesai pada kuartal I tahun 2025.
"Kalau itu, berarti market terbuka. Jadi bukan minyak, tetapi, juga untuk gandum dan untuk yang lain," ujarnya.
BACA JUGA:Tiga Negara BRICS Kuasai Ekonomi Dunia, Rusia Nomor Empat Negara Terkaya
BACA JUGA:Indonesia Ajukan Diri Bergabung dengan BRICS, Apa Keuntungannya?
Sebelumnya, Duta Besar dan Guru Besar Hukum Internasional dari Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, mengemukakan bahwa bergabung dengan BRICS dapat memberikan sejumlah manfaat bagi Indonesia.
Menurutnya, keanggotaan dalam forum BRICS akan mengurangi dominasi negara-negara anggota OECD yang selama ini berperan penting dalam perekonomian global.
"Saya rasa, bergabung dengan BRICS adalah langkah yang baik. Agar Indonesia tidak terlalu terikat dengan negara-negara OECD," ujarnya.
Hikmahanto berpendapat, bahwa kekuatan OECD saat ini sudah tidak sekuat di masa lalu.
Sehingga Indonesia perlu mencari alternatif melalui BRICS, yang memiliki potensi pasar yang sangat besar, dan mampu. Menjadi penyeimbang kekuatan OECD.
BACA JUGA:Indonesia Bergabung dengan BRICS, Peneliti CELIOS Berikan Masukan
"Belum lagi Indonesia merupakan importir besar BBM yang disuling. Amerika Serikat tidak membolehkan Indonesia, untuk membeli minyak dari Rusia. Karena situasi geopolitik pasca serangan Rusia ke Ukraina. Sementara Rusia, yang mengalami embargo dari negara-negara OECD, kini mencari pembeli dan siap menjual dengan harga murah," jelasnya.