"Mereka main ke Singapura dengan harga bebas, bisa kompetitif dengan maskapai asing. Di luar, mereka bisa charge harga premium di high season, di harga yang jauh lebih tinggi dibanding di Indonesia," ujar Gerry.
Selain itu, di dalam negeri maskapai harus menanggung banyak beban biaya yang akhirnya menjadi beban konsumen.
Misalnya pajak tiket penerbangan, kemudian Iuran Wajib Jasa Raharja (IWJR), serta PSC atau airport tax.
"LCC aja biayanya Rp 560 – Rp 600 ribu sejam di domestik, baru basic fare plus fuel surcharge. Tambah PPN 11%, IWJR, plus PSC (dan PPN PSC)," kata Gerry.
Di sisi lain, maskapai juga bisa mencari keuntungan lebih dari bisnis kargo dibanding bagasi dari penumpang. Alhasil harga tiket penumpang bisa lebih ditekan.
"Karena cuma pakai 737 dan A320, bawa kargo nggak bisa banyak. Beda kalau pakai widebody ke Jepang, kargonya banyak dan per kilogram kargo lebih menguntungkan dibanding per kilogram penumpang," pungkasnya.*