KAUR TENGAH - Penjualan material bangunan jenis batu bata produksi Kecamatan Kaur Tengah kian sulit. Lima bulan belakangan permintaan konsumen rendah.
Dampaknya, ikut menyebabkan penurunan harga jual. Sehingga diharapkan adanya peran serta Pemda Kaur untuk memastikan keberlangsungan pengrajin batu merah ini.
Sukardi (45) warga Desa Kemang Manis Kecamatan Kaur Tengah pengrajin batu bata mengungkapkan, penjualan batu bata hasil produksinya mengandalkan konsumen untuk pengerjaan bangunan pribadi.
Tentu jumlah kebutuhan materialnya tidak banyak seperti pengerjaan bangunan proyek.
"Rata-rata untuk bangunan pribadi. Misalnya rumah, rumah toko (Ruko) atau bangunan lain yang ukurannya tak begitu besa. Paling banyak kebutuhan lima ribu unit batu bata. Itupun penjualannya juga sepi, karena warga juga minim yang melakukan pembangunan. Ketika kondisi perekonomian kian sulit seperti sekarang," ungkap Sukardi, Minggu (19/11).
Masih di Kecamatan Kaur Tengah. Bahrul (50) warga Desa Pajar Bulan juga pengrajin batu bata mengatakan, lantaran rendahnya pembeli membuat terjadimya penurunan harga jual batu bata.
Jika sebelumnya harga batu bata kisaran Rp 500/buah, kini hanya Rp 350. Kondisi ini membuat pekerjaan ini tak lagi kuat sebagai penopang kebutuhan hidup.
"Kalau tidak ditopang sumber penghasilan lain. Misalnya bertani ataupun buruh harian lepas. Sulit untuk bertahan hidup di tengah kondisi konsumen yang sedikit dengan harga jual yang murah," ungkap Bahrul.
Keduanya berharap, Pemda Kaur dapat mengeluarkan sebuah kebijakan. Dalam bentuk anjuran pada kontraktor yang memenangkan tender. Untuk mengerjakan pembangunan gedung atau bangunan lain dengan kebutuhan material batu bata.
Agar memanfaatkan batu bata yang diproduksi di pengrajin daerah. Ini sebagai langkah menjaga eksistensi pengrajin yang ada di Kabupaten Kaur. (yie)