"Dalam bahasa Indonesia, arti nama paguyuban kami ini yaitu cinta pada budaya. Maknanya bagi kami meski berada di tanah rantau. Kecintaan pada budaya daerah akan selalu dilakukan serta dilestarikan," ujar Sukardi.
BACA JUGA:Foto Komeng di Surat Suara Pemilu Nyeleneh, Viral Dapat Dukungan Maksimal
BACA JUGA:Sejarah Nama Padang Guci Bersentuhan Dengan Suku Rejang, Begini Kisahnya
Diungkapkannya, paguyuban yang pihaknya bentuk sekitar 11 tahun lalu. Menjadi wadah silaturahmi antarmasyarakat suku Jawa yang ada di Kecamatan Muara Sahung.
Tak hanya disambut antusias oleh masyarakat suku Jawa. Kehadiran kesenian kuda lumping juga disambut antusias, oleh masyarakat dari suku bangsa lain di Kecamatan Muara Sahung. Sebut saja suku Semende juga suku Kaur.
"Setiap kami tampil. Yang nonton bukan hanya orang Jawa. Tapi juga rekan-rekan yang merupakan orang Semende dan Kaur. Malahan mereka lah yang paling banyak. Ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi kami," ungkapnya.
Ia berpromosi, paguyuban yang dipimpinnya siap untuk memenuhi undangan untuk tampil. Ketika ada masyarakat yang ingin menampilkan kesenian kuda lumping, dalam sebuah acara.
"Kalau ada yang mau nanggap (menyewa,red) tentu akan sangat kami layani. Kami siap untuk tampil di seluruh wilayah di Kabupaten Kaur dan Bengkulu Selatan," pungkasnya.