Dedolarisasi Menguat di Negara-Negara CIS, Rusia Memimpin Agenda

Kamis 31 Oct 2024 - 14:04 WIB
Reporter : Rega Jusa
Editor : Dedi Julizar

Hal ini dapat menyebabkan defisit yang besar bagi AS, yang pada gilirannya dapat memicu hiperinflasi, kehilangan pekerjaan, dan kenaikan harga barang kebutuhan sehari-hari.

Putin menegaskan bahwa tren dedolarisasi akan terus berlanjut, dengan dukungan dari negara-negara BRICS dan CIS. 

"Proses penghapusan impor bergerak dengan cepat, dan dengan demikian kedaulatan teknologi negara kita, sedang diperkuat," katanya.

Pernyataan ini menunjukkan bahwa Rusia dan sekutunya berkomitmen untuk memperkuat daya saing ekonomi mereka melalui pengurangan ketergantungan pada mata uang asing.

BACA JUGA:MV3 Maung Akan Digunakan Mobil Dinas Menteri Kabinet Merah Putih, Cek Keunggulannya

Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan risiko ketergantungan pada dolar AS, negara-negara CIS diharapkan dapat menemukan solusi alternatif yang lebih stabil dan independen.

Ini menjadi bagian dari agenda jangka panjang untuk menciptakan sistem keuangan yang lebih adil bagi negara-negara berkembang, sekaligus memperkuat hubungan ekonomi di antara mereka.

Dedolarisasi bukan hanya sekedar strategi ekonomi, tetapi juga merupakan langkah politik untuk menantang dominasi ekonomi AS.

Dalam konteks geopolitik saat ini, langkah-langkah yang diambil oleh Rusia dan negara-negara CIS bisa jadi menjadi bagian dari upaya yang lebih luas untuk mengubah tatanan ekonomi global yang sudah mapan.

Ke depan, langkah-langkah ini akan menjadi sorotan bagi para analis ekonomi dan politisi di seluruh dunia, mengingat dampaknya yang bisa dirasakan di tingkat global.

Kategori :