KORANRADARKAUR.ID - Presiden Rusia Vladimir Putin baru-baru ini mengumumkan bahwa 85% perdagangan dalam Persemakmuran Negara-negara Merdeka (CIS) kini berhasil diselesaikan menggunakan mata uang lokal.
Hal ini menandakan kemajuan signifikan dalam upaya dedolarisasi yang sedang diupayakan oleh sejumlah negara, terutama di kalangan negara-negara berkembang.
Dedolarisasi merupakan sebuah inisiatif untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS, yang selama ini mendominasi transaksi internasional.
CIS, yang terdiri dari 12 negara termasuk Armenia, Azerbaijan, Belarusia, Georgia, Kazakhstan, Kirgistan, Moldova, Rusia, Tajikistan, Turkmenistan, Ukraina, dan Uzbekistan, menjadi arena penting bagi Rusia dalam mendorong penggunaan mata uang lokal.
Dalam pernyataannya, Putin menekankan bahwa negara-negara anggota CIS telah memprioritaskan transaksi menggunakan mata uang nasional masing-masing, sehingga meningkatkan kemandirian finansial mereka.
BACA JUGA:Pantas Jadi Incaran Masyarakat, Harga Suzuki APV 2020 Cuma Segini
BACA JUGA:Harmonisya Keindahan Alam dan Budaya di Desa Wisata Belantang Sulawesi Selatan
"Penggunaan mata uang lokal, semakin meluas. Dalam pembayaran timbal balik pangsa mereka, dalam operasi komersil di antara para peserta CIS telah di atas 85%," ujar Putin dalam sebuah konferensi yang dilansir dari sindonews.com.
Pencapaian ini menjadi salah satu langkah konkret untuk memperkuat posisi ekonomi negara-negara CIS dan mengurangi ketergantungan pada sistem keuangan yang berbasis dolar AS.
Perkembangan ini juga mendapat perhatian dari anggota BRICS, di mana Rusia menjadi satu-satunya perwakilan dari CIS.
Anggota BRICS lainnya, seperti Brasil, India, Cina, dan Afrika Selatan, telah lebih aktif dalam mendorong negara-negara berkembang untuk melakukan perdagangan dalam mata uang lokal mereka dan mengesampingkan dolar.
Kolaborasi antara BRICS dan CIS diyakini dapat mempercepat proses dedolarisasi di wilayah tersebut.
BACA JUGA:18 Sosok Jenderal Bintang 3 Berpotensi Wakapolri, Akan Terjadi Duet Jebolan Akpol 1991
Dedolarisasi menjadi perhatian global, terutama bagi ekonomi Amerika Serikat, yang selama ini sangat bergantung pada dolar AS sebagai mata uang cadangan dunia.
Proses ini berpotensi mengancam stabilitas ekonomi AS, terutama jika negara-negara lain semakin beralih ke mata uang alternatif.