Dalam aplikasi Telkom, dikabarkan bahwa komisi untuk merekrut anggota baru mencapai 36 persen untuk level pertama.
Praktik ini menunjukkan bahwa keuntungan tidak berasal dari investasi yang sehat, melainkan dari uang yang disetor oleh anggota baru. Ini adalah indikasi klasik dari skema ponzi yang berbahaya.
BACA JUGA:PT Telkom Buka Loker Tamatan SMA SMK D3 dan S1, Segera Ajukan Lamaran Anda
Masyarakat diimbau untuk sangat berhati-hati sebelum berinvestasi di aplikasi seperti Telkom.
Risiko yang terkait dengan investasi di platform semacam ini sangat tinggi, dan banyak kasus penipuan serupa berakhir dengan kerugian besar bagi para investornya.
Dalam banyak kasus, aplikasi yang menggunakan nama perusahaan besar cenderung tidak bertahan lama dan sering kali tutup dalam hitungan hari setelah menarik dana dari para penggunanya.
Penting bagi calon investor untuk melakukan riset mendalam sebelum memutuskan untuk berinvestasi di aplikasi mana pun.
Memastikan legitimasi perusahaan, meninjau ulasan dari pengguna lain, serta memeriksa apakah ada izin resmi dari otoritas keuangan adalah langkah-langkah penting yang harus diambil.
BACA JUGA:Saham Telkom Turun 3 Kali Tahun Ini, Begini Menurut Para Investor dan Pengamat
Sementara itu, pihak PT Telkom Indonesia diharapkan segera memberikan klarifikasi untuk menjelaskan apakah mereka terlibat dalam aplikasi ini atau tidak.
Dengan demikian, masyarakat dapat lebih memahami situasi dan terhindar dari potensi penipuan.
Dalam era digital ini, kesadaran akan risiko investasi sangat penting. Aplikasi yang menjanjikan keuntungan besar dalam waktu singkat harus selalu dipandang skeptis.
Masyarakat diharapkan untuk melindungi diri mereka dengan tidak mudah terjebak dalam tawaran investasi yang tidak jelas dan berpotensi merugikan.
Waspadalah terhadap tawaran yang terlalu bagus untuk menjadi kenyataan.