KORANRADARKAUR.ID - Bureau of Investigation (FBI) baru-baru ini menangkap Eric Council Jr., seorang pria berusia 25 tahun asal Alabama, yang dituduh terlibat dalam peretasan akun media sosial resmi milik Securities and Exchange Commission (SEC) pada Januari lalu.
Penangkapan ini mengungkapkan sebuah skema yang berpotensi merugikan dan menunjukkan kerentanan dalam keamanan siber lembaga pemerintahan.
Menurut laporan, Council dan sejumlah konspiratornya berhasil mengambil alih akun X milik SEC dan mengunggah pesan palsu yang mengklaim berasal dari Ketua SEC, Gary Gensler.
Dalam pesan tersebut, Gensler dikatakan mendukung pengajuan exchange-traded fund (ETF) Bitcoin, yang secara instan memicu lonjakan harga Bitcoin lebih dari US$1.000.
BACA JUGA:Tesla Jual Bitcoin Senilai $760 Juta, Ada Apa Ya?
BACA JUGA:Pasar Kripto Melemah, Bitcoin Turun Sementara Saham Teknologi Menguat
Peristiwa ini menunjukkan dampak yang signifikan dari informasi yang tidak valid dalam dunia keuangan.
Investigasi oleh FBI mengungkapkan bahwa Council menggunakan identitas palsu untuk mendapatkan akses ke akun tersebut.
Dia berhasil mendapatkan kode autentikasi pemulihan yang dikirimkan ke nomor telepon yang berhasil dia akses, memungkinkan dia untuk mengambil alih akun SEC.
Setelah melakukan peretasan, Council diketahui mengembalikan iPhone ke Apple Store tempat ia membelinya, langkah yang mencolok mengingat aktivitas ilegal yang baru saja dilakukannya.
Penyelidikan lebih lanjut menemukan bahwa Council melakukan beberapa pencarian mencurigakan dari komputer pribadinya.
Di antara pencarian tersebut, terdapat frasa seperti "peretasan SECGOV," "tukar kartu SIM telegram," serta pertanyaan mengenai cara mengetahui apakah seseorang sedang diselidiki oleh FBI.
Pencarian ini menunjukkan kesadaran Council akan risiko yang dihadapinya, meskipun dia tetap melanjutkan aksinya.
Dikutip dari cnnindonesia.com, peretasan ini tidak hanya merugikan SEC tetapi juga menimbulkan kekhawatiran lebih lanjut tentang keamanan akun-akun penting milik lembaga pemerintah.
Dengan informasi yang salah dapat dengan cepat menyebar dan mempengaruhi pasar, penegak hukum berupaya untuk mengevaluasi langkah-langkah keamanan yang ada dan meningkatkan perlindungan terhadap potensi serangan di masa mendatang.