Menantu Kepercayaan Rasulullah

Jumat 24 Nov 2023 - 21:27 WIB
Reporter : Admin
Editor : Admin

RADAR KAUR - Di kalangan kaum Quraisy era jahiliah terdapat sosok bernama Abu al Ash bin Rabi’. Dirinya memiliki memiliki keterampilan berdagang saya musim panas dan musim dingin. Karenanya, banyak hartawan Mekkah mempercayakan hartanya pada sosok ini untuk diperdagangkan.

Secara nasab, sosok yang kemudian hari menjadi sahabat sekaligus menantu dari Rasulullah SAW ini. Merupakan keponakan dari istri Nabi Muhammad SAW, Khadijah binti Khuwalid. Oleh Nabi SAW dan istri dia begitu dicintai layaknya anak kandung.

Sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi nabi dan rasul Allah SWT. Abu al Ash bin Rabi’ dinikahkan dengan Zainab binti Muhammad SAW. Sayangnya, ketika Rasulullah SAW diangkat sebagai utusan Allah SWT. Ia masih enggan beriman dan mencintai agama nenek moyangnya, menyembah berhala. 

Meski begitu dia tetap begitu mencintai Zainab. Ia bahkan menolak tegas permintaan kaum musyrikin untuk menceraikan Zainab. Ketika pertentangan antara Nabi Muhammad SAW dengan kaum Quraisy makin meruncing. Ini tentu berbeda dengan dua putri Rasulullah SAW yang lain, Ruqayyah dan Ummu Kultsum telah dicerai oleh suami masing-masing. 

Di sisi lain, Rasulullah SAW berharap Abu al Ash bin Rabi’ menceraikan Zainab. Namun beliau tak kuasa untuk memaksakan keinginannya. Apalagi waktu itu, hukum Islam belum mengharamkan perkawinan wanita mukminah dengan pria musyrik.

Saat Perang Badar. Abul Ash terpaksa ikut berperang di pihak Quraisy, memerangi ayah mertua dan kaum Muslimin. Dalam perang yang dimenangkan kaum muslimin ini. Abul Ash tertangkap dan menjadi tawanan.

Rasulullah SAW mewajibkan setiap tawanan menebus diri mereka jika ingin bebas. Beliau menetapkan besar uang tebusan itu antara 1.000-4.000 dirham, sesuatu dengan kedudukan dan kekayaan sang tawanan di kaumnya.

Zainab juga mengirim utusan ke Madinah untuk menebus suaminya. Dalam uang tebusan yang ia kirim terdapat sebuah kalung pemberian ibunya, Khadijah binti Khuwailid.

Melihat kalung itu, wajah Rasulullah berubah sedih. Beliau menoleh kepada para sahabat seraya berkata, "Harta ini dikirim Zainab untuk menebus suaminya, Abul Ash. Jika kalian setuju, kuharap bebaskan tawanan itu tanpa uang tebusan. Uang dan harta Zainab kirimkan kembali kepadanya!"

"Baik, ya Rasulullah," jawab sahabat.

Rasulullah SAW membebaskan Abul Ash dengan syarat dia segera mengantarkan Zainab kepada beliau. Maka ketika tiba di Makkah, Abul Ash segera mempersiapkan diri untuk memenuhi janjinya kepada Rasulullah SAW.

Dia memerintahkan istrinya, agar bersiap-siap melakukan perjalanan jauh ke Madinah. Beberapa utusan Rasulullah SAW pun telah menunggu tidak jauh di luar kota Makkah. Setelah berpisah dengan istrinya, Abul Ash tetap tinggal di Makkah hingga menjelang pembebasan kota Makkah. Dia tetap berdagang ke Syam seperti yang biasa dilakukannya.

Pada suatu hari dalam perjalanan pulang ke Makkah, kafilahnya dicegat oleh pasukan patroli Rasulullah di tengah jalan dekat kota Madinah. Unta-unta dan barang muatan dirampas, para pengiringnya ditawan. Mujur bagi Abul Ash, ia berhasil lolos dan melarikan diri.

Menjelang malam, ia memasuki kota Madinah dengan sembunyi-sembunyi dan hati-hati. Sampai di kota dia mendatangi rumah Zainab dan meminta perlindungan. Zainab pun melindunginya.

Tak lama kemudian Rasulullah menemui Zainab dan berkata, "Hormatilah Abul Ash. Tetapi ketahuilah, kamu tidak halal lagi baginya!"

Tags :
Kategori :

Terkait