Masih lanjut Fikri, berdasarkan data pihak kepolisian, kekerasan terhadap anak dan perempuan paling banyak dialami anak-anak yang masih sekolah. Yang paling mengerikan lagi, ada beberapa kali kasus asusila yang paling sadis terjadi di BS. Seperti, ayah kandung garap anaknya sendiri.
Kemudian, ada pula oknum guru yang nekat mencabuli siswinya sendiri, ada ayah garap anak tiri, dan masih banyak lagi kasus-kasus lainnya.
"Makanya kami kumpulkan seluruh stakholder yang ada. Ini untuk mencari solusi agar tidak terjadi lagi kasus tersebut," jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Fikri juga mengimbau, para guru-guru di BS untuk lebih intens lagi dalam menyampaikan edukasi dan sosialisasi.
Terutama, edukasi dan sosialisasi tentang kekerasan anak dan perempuan. Selain itu, ia juga berharap agar pelaku kejahatan terebut dapat dihukum dengan berat.
"Langkah pencegahan kami gelar sosialisasi dengan semua pihak terkait. Tentunya menyasar anak dan perempuan," tutupnya.
BACA JUGA:Sekolah di Kaur Maksimalkan Pencegahan dan Penanganan Kekerasan
Kapolres BS AKBP Florentus Situngkir, S.IK melalui Wakapolres Kompol Rahmat Hadi Fitrianto, SH, S.IK mengaku, banyak kasus ditangani Polres BS setiap tahunnya.
Mulai dari kasus anak-anak, perempuan, hingga orang dewasa. Khusus-kasus anak dan perempuan menjadi perhatian serius dari aparat penegak hukum.
Tidak sedikit kasus anak dibawah umur dan perempuan di BS berakhir penjara. Bahkan, ada kasus seksual yang dilakukan oknum PNS hingga ASN guru.
Padahal menurutnya, ancaman seksual lebih dari narkoba, ASN lebih dari 5 tahun dapat dipecat. Dia menilai kekerasan terhadap anak adalah penganiayaan.
"Lingkungan sangat mempengaruhi anak, lingkungan dapat membentuk regenerasi," pungkasnya.