KORANRADARKAUR.ID – Perang dagang kendaraan listrik antara Uni Eropa (UE) dan Tiongkok (China) semakin memanas.
Setelah Beijing menginstruksikan produsen mobil Tiongkok untuk menghentikan investasi di negara-negara Eropa, yang mendukung tarif tinggi untuk kendaraan listrik asal Tiongkok.
Setelah UE menyelesaikan kenaikan tarif hingga 45,3% untuk kendaraan listrik buatan Tiongkok, menyusul kegagalan negosiasi tarif antara kedua belah pihak.
Tindakan Beijing ini merupakan langkah balasan pertama, setelah UE memutuskan untuk menerapkan tarif baru yang dianggap mengancam posisi produsen mobil Tiongkok di pasar Eropa.
BACA JUGA:Tupperware Brands Corporation Dapatkan Persetujuan Penjualan Aset, Ini Keuntungannya
BACA JUGA:BRICS Bakal Tinggalkan Dolar AS dalam Perdagangan Internasional
Dalam beberapa minggu terakhir, laporan menunjukkan bahwa produsen mobil Tiongkok merencanakan untuk menghentikan ekspansi di Eropa.
Ini menandakan ketidakpastian yang berkembang dalam hubungan dagang kedua wilayah.
Dalam upaya mempertahankan hubungan dagang, Tiongkok juga mengambil pendekatan "wortel dan tongkat".
Beijing tampaknya memberikan penghargaan, kepada negara-negara Eropa yang abstain, atau menolak untuk mendukung tarif yang lebih tinggi.
Sebagai contoh, Finlandia dijanjikan akses bebas visa bagi warganya ke Tiongkok.
Serta peningkatan kerja sama di sektor energi hijau, selama kunjungan diplomatik minggu ini. Hal ini menunjukkan strategi Tiongkok, untuk memperdalam perpecahan di dalam UE, di mana beberapa anggota.
Seperti Jerman dan Hongaria, sangat bergantung pada Tiongkok untuk perdagangan dan investasi.
Menurut pakar dari Dewan Eropa untuk Hubungan Luar Negeri, perpecahan di antara negara-negara anggota UE, mengenai tarif kendaraan listrik semakin memperkuat posisi Tiongkok.
"Ini menjadi musik di telinga para pembuat kebijakan Tiongkok," katanya dikutip dari konta.co.id